Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement
Wawancara Khusus Dekan Fikom Unpad Deddy Mulyana (4)

Hasil Riset Indonesia cuma Jadi Tumpukan Debu

Rifa Nadia Nurfuadah , Jurnalis-Rabu, 23 Oktober 2013 |09:55 WIB
Hasil Riset Indonesia cuma Jadi Tumpukan Debu
A
A
A

JATINANGOR - Adalah pemandangan umum, di sudut perpustakaan, rak-rak berisi skripsi, tesis, disertasi atau beragam hasil penelitian tak tersentuh. Buku-buku tebal itu hanya menjadi penampung debu.

Padahal, proses pembuatan buku itu panjang. Diawali dengan penelitian, diakhiri dengan sidang untuk menguji keabsahannya.

Menurut Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Deddy Mulyana, hasil penelitian bukanlah hanya untuk dibukukan dan disimpan di perpustakaan, melainkan disebarluaskan ke masyarakat agar terasa manfaatnya.

"Idealnya di jurnal internasional, minimal di jurnal nasional. Atau setidaknya ditulis dalam bentuk artikel populer di media massa. Kalau benar-benar tidak mampu, harus diseminarkan. Sehingga ada sharing, pertukaran ilmu," kata Deddy ketika berbincang dengan Okezone di kampus Fikom Unpad belum lama ini.

Minimnya publikasi riset, diakui Deddy, memang menjadi salah satu kendala dalam dunia penelitian Indonesia. Belum lagi faktor lainnya. Banyak akademisi mengaku, minimnya dana riset menjadi salah satu kendala mereka dalam meneliti.

Pendapat itu, kata Deddy, ada benarnya juga. Sebab, pemberi dana riset harus selektif. Tidak mungkin mereka memberikan dana kepada siapa pun yang minta. Mereka pasti memiliki kriteria tertentu. Deddy yakin, jika proposal riset kita bagus, maka penelitian kita bisa saja dibiayai oleh lembaga donor dalam dan luar negeri.

Seharusnya, selain mempublikasikan hasil riset, para peneliti Indonesia juga memiliki fokus riset selama kurun waktu tertentu. Jadi, kata Deddy, jangan asal meneliti. Tidak heran jika banyak penelitian sifatnya pengulangan atau hasilnya tidak maksimal.

Artinya, kata Deddy, harus ada skala prioritas dalam meneliti dan membangun budaya riset. Tetapi, doktor lulusan Monash University, Australia, itu tidak menampik, sebagian besar riset dilakukan hanya untuk menyerap dana dari lembaga donor. "Ini adalah kelemahan lainnya,"  imbuhnya.

Pria yang telah menulis hingga puluhan judul buku itu juga menyebut fasilitas penelitian sebagai kendala lain memajukan dunia riset di Indonesia. Deddy merasa, laboratorium dan perpustakaan relatif masih kurang. Meski kini banyak informasi yang bisa kita dapatkan secara online, Deddy menganggap, buku-buku teks di perpustakaan masih penting.

Riset menjadi beban bagi dosen juga karena sehari-hari mereka telah diserahi banyak tanggung jawab. Jumlah mahasiswa yang berlimpah membuat dosen harus memberikan waktu lebih dalam menyusun materi kuliah, mengajar, memeriksa tugas hingga memberi bimbingan. Belum lagi tingkat kesejahteraan yang relatif masih kurang.

Sementara itu, jika kampus mengurangi jumlah mahasiswa, maka penerimaan kampus akan menyusut. Artinya, mutu kesejahteraan dosen kian sulit naik.

"Mau enggak mau, solusinya memang mengurangi jumlah mahasiswa, lalu mengubah mindset dosen. Sebagian waktu dosen dimanfaatkan untuk kegiatan ilmiah kreatif, menulis buku, menulis di jurnal ilmiah, menjadi konsultan dan meneliti melalui kerjasama dengan lembaga lain, negeri maupun swasta. Nantinya, itu akan meningkatkan kesejahteraan mereka," papar Deddy. 

Dekan Fikom Unpad sejak 2008 itu mengakui, mengubah pola pikir inilah yang paling sulit. Sebab, pribadi masing-masing dosen berbeda. Dia mengenang, ketika pulang dari Australia pada 1995 lalu untuk mengajar di Fikom Unpad, Deddy beserta istri dan anaknya harus menempuh perjalanan berjam-jam ke Jatinangor menggunakan angkutan umum. Masa-masa awal kariernya sebagai dosen dan peneliti, diakui Deddy, memang sangat susah.

Kondisi itu kini sudah jauh berbeda; sekarang semua sudah lebih mudah. Meski begitu, Deddy mengimbuh, bagaimanapun juga sangat wajar dan manusiawi jika seseorang menjadi dosen karena ingin meraih kesejahteraan.

"Minimal kita berpikir untuk menjadi akademisi yang hebat dulu, insya Allah materi akan ikut sendiri," tuturnya.

(Rifa Nadia Nurfuadah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement