JAKARTA - Tindak kekerasan serta kriminalitas di ibu kota banyak disertai kasus penembakan dengan senjata api. Peredaran senpi ilegal dengan harga murah menjadi pemicunya karena oknum aparat ikut berperan serta tingginya permintaan masyarakat.
"Aparat intelijen terkait harus bisa membongkar jaringan peredaran senpi ilegal dan dilakukan penindakan oleh pihak berwenang. Begitu juga kontrol provost aparat atas penggunaan senpi oleh anggota-anggotanya harus ketat," ujar Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya kepada Okezone, Senin (3/2/2014).
Jakarta, ungkap Harits, menjadi titik rawan peredaran senpi. Pasalnya, tingkat kriminalitas yang kian tak terkendali membuat sebagian besar kelompok masyarakat menengah merasa butuh senpi.
"Ada yang butuh dan semua terkait dengan rasa aman serta tercapainya 'keadilan' versi masing-masing. Maka mekanisme, kontrol, dan hukumannya harus tegas berjalan," cetus Harits.
Banjirnya permintaan terhadap senpi yang disertai ketersediaan barang terlarang tersebut di pasar pernah sudah bukan rahasia lagi. Dengan bermodalkan duit Rp10 juta misalnya, orang-orang yang sudah masuk dalam jaringan bisa mendapatkan pistol tipe glock dengan 10 amunisi.
"Jaringan ilegal juga ada sentuhan tangan-tangan aparat juga. Tawaran oknum aparat baik baju coklat maupun hijau. Senjata-senjata dari daerah konflik yang disita juga bisa dijualbelikan secara ilegal," ungkap Harits.
(Muhammad Saifullah )