BANTUL - Warga Tionghoa Yogyakarta mengikuti acara penutupan perayaan Peh Cun di Pantai Parangtritis, Kretek, Bantul, DIY, dengan tradisi mendirikan telur. Ritual Pendirian terlur diawali dengan doa bersama masyarakat Tionghoa di pinggir pantai Parangtritis dan dilanjutkan dengan membuang bebrepa sesaji di laut.
Acara dilanjutkan dengan mendirikan telur, oleh peserta serta masyarakat sekitar yang turut menyaksikan. Gutama Fatoni salah seorang panitia mengatakan, telur bisa berdiri sendiri tanpa dipegangi antara pukul 11.00 WIB sampai 13.00 WIB, tepat saat tanggal 5 bulan 5 penanggalan Tionghoa. Hal ini akibat posisi bumi, bulan dan matahari berada dalam posisi segaris, yang menyebabkan gaya tarik menarik grafitasi. "Ini merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan masyarakat," katanya, Senin (2/6/2014).
Menurutnya, masyarakat yang mampu mendirikan telur dipercaya mudah dapat rejeki, dan membuktikan orangnya bersih. "Menurut kepercayaan jika mampu mendirikan telur akan rejekinya lancar,"jelanya.
Dikatakannya dengan perayaan ini menunjukkan jika kebudayaan Yogyakarta beragam, dan memperkenalkan pariwisata di Kabupaten Bantul. "Salah satunya mempromosikan wisata di Yogyakarta, dan khususnya bantul,"imbuhnya.
Laksmi Laras, salah satu warga yang mengikuti tradisi mendirikan telur, mengaku senang bisa mengikuti acara yang sudah dilakukan sejak puluhan tahun terakhir di Pantai Parangtritis. "Senang, karena bisa mendirikan telur, dan saya baru pertama kali mengikuti acara ini,"katanya.
Peh Cun di Yogyakartya dimeriahkan dengan berbagai lomba. Di antaranya dayung perahu naga, lomba lukis, lion dance, aeromodeling, dan fotografi, yang sudah dilakukan beberapa hari sebelumnya.
(Muhammad Saifullah )