WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Barrack Obama berencana menarik pasukan militernya yang dikirim ke Afrika Barat untuk membantu penanggulangan wabah ebola. Obama juga akan mengumumkan skema baru yang bertujuan memberantas penyakit tersebut.
Sebanyak 2.900 dari total 3.000 personel yang dikirim untuk membantu melawan penyakit mematikan ini akan dipanggil pulang pada akhir April 2015. Pengumuman tersebut akan dilakukan di Gedung Putih yang menjadi tempat Obama bertemu enam dari delapan warga AS yang selamat dari Ebola.
Keputusan ini merupakan reaksi dari Obama dan pemerintahannya atas kritik mengenai lamban dan cerobohnya respons AS pada wabah ebola. Hal itu memunculkan pertanyaan tentang kemampuannya menangani krisis global.

“Kita sedang berada di sebuah titik yang penting. Kita telah menghambat epidemi, menghentikan perkembangan ebola, dan menurunkan jumlah kasus yang terjadi. Ini adalah sebuah pencapaian yang patut dibanggakan,” demikian kata Koordinator Tanggap Ebola, Ron Klain, seperti dikutip New York Times, Rabu (11/2/2015).
Namun, dia menyatakan epidemi ebola masih belum berakhir. “Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kita harus benar-benar menghilangkan wabah tersebut sampai angka nol, dan kita tidak akan berhenti sampai hal itu tercapai,” lanjutnya.
Pada kenyataannya, penyebaran ebola memang telah menurun di Afrika Barat, terutama di Liberia. Empat bulan lalu lebih dari 1.000 kasus terjadi setiap minggu. Angka kematian mencapai 1 juta orang sampai akhir Januari 2015. Saat ini hanya terjadi 9.000 kematian dan beberapa kasus yang dilaporkan setiap minggu.
Keputusan penarikan pasukan ini disetujui oleh Obama pada rapat Dewan Keamanan Nasional pada akhir Januari 2015. Obama menyatakan ingin mengumumkan keputusan ini kepada publik sekaligus berterima kasih kepada para personel militer dan menyatakan bahwa program penanggulangan ebola masih akan terus berlanjut.
Langkah selanjutnya dari program ini adalah coba melacak pasien-pasien ebola dan kontak-kontak mereka kasus per kasus.
Pasukan yang masih ditempatkan di Liberia akan menjaga keamanan pusat kesehatan dan pusat pengobatan ebola di sana, serta mewaspadai kemungkinan munculnya kerusuhan.
(Hendra Mujiraharja)