Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Runtuhnya Majapahit dan Invasi Raden Patah Suatu Kemustahilan Sejarah?

Zen Arivin , Jurnalis-Selasa, 28 Juni 2016 |07:44 WIB
 Runtuhnya Majapahit dan Invasi Raden Patah Suatu Kemustahilan Sejarah?
foto: Zen Arivin/Okezone
A
A
A

MOJOKERTO - Perjalanan sejarah Kerajaan Majapahit memang menarik untuk terus ditelusuri. Tak heran, jika banyak sejahrawan atau peneliti-peneliti yang mencoba menggali tentang fakta-fakta kerajaan yang pernah berjaya dan menyatukan Nusantara itu.

Praktis, hingga kini banyak literasi peninggalan kerajaan Hindu-Buddha itu yang tersebar di Indonesia. Bahkan beberapa peneliti dari luar negeri pun kepincut untuk ikut serta mencari fakta-fakta yang ada di dalamnya.

Kendati demikian, hingga kini belum sepenuhnya fakta-fakta itu terungkap. Masih banyak peristiwa bersejarah lain yang belum terkuak ke publik. Bahkan beberapa di antaranya dinilai kurang relevan dengan kondisi pada masa itu.

"Menurut saya, memang ada beberapa fakta sejarah yang itu tidak relevan. Itulah alasan saya kenapa akhirnya menulis buku ini," ujar Saiful Amin Sholikhim, Penulis buku Babad Keruntuhan Majapahit. Invasi Raden Patah Suatu Kemustahilan Sejarah, Senin (27/6/2016).

Dalam penuturannya, Amin menilai literatur mengenai Majapahit secara umum yang selama ini beredar di buku-buku pelajaran sejarah banyak yang tidak sesuai dengan kondisi jaman lampau. Ada beberapa fakta sejarah yang kemudian bertolak belakang dengan kondisi saat itu.

Aktivis yang juga pendiri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Mojokerto ini mencontohkan, soal keruntuhan Majapahit yang disebabkan karena serangan Raden Patah sebagai Raja Demak adalah cerita yang keliru. Sebab, pada abad ke-14, Kerajaan Majapahit dipimpin Brawijaya V.

"Bahwa tidak mungkin Raden Patah menyerang Majapahit yang notabene adalah ayahnya sendiri. Bahwa Demak menyerang Majapahit mungkin iya, tapi tidak di masa Raden Patah, melainkan di masa Adipati Unus," imbuhnya.

Dalam bukunya itu, Ketua Ikatan Alumni (IKA) PMII menyatakan, cerita mengenai keruntuhan Majapahit selama ini hanya didapat berdasarkan sumber yang penuh kontroversi. Seperti serat Darmogandul dan Suluk Gatoloco. Padahal isi dua literatur itu justru kabur dengan fakta yang tersaji pada prasasti atau benda cagar budaya (BCB) lain peninggalan asli Majapahit.

"Jadi penyebab utama keruntuhan Majapahit adalah akibat serangan Demak yang Islam dan Majapahit yang Hindu-Buddha adalah sebuah kemustahilan sejarah," jelasnya.

Amin menjelaskan, dengan adanya buku terdiri dari 80 halaman dari 400 lebih halaman yang direncanakan tersebut, nantinya bisa mengubah pandangan masyarakat selama ini yang hanya menganggap pada sisi kejayaannya semata. Sebab Majapahit juga mengalami masa keruntuhan, sama halnya dengan kerajaan lain.

"Ini sebenarnya hanya bab 1 dari buku yang kini sedang dalam proses terbit. Jadi untuk bukunya sendiri nanti ada 4 bab, yang mengupas sejarah terkait Kerajaan Majapahit hingga pasca runtuhnya kerajaan," ungkapnya.

Alumni STIT Raden Wijaya Mojokerto ini juga berharap pengenalan muatan sejarah dan budaya harus dimulai sejak dini. Mulai di tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT).

"Saya berharapnya pengenalan Majapahit bisa diterapkan sebagai Muatan Lokal siswa mulai SD sampai SMA atau Perguruan Tinggi. Mungkin dimulai dari Mojokerto, selanjutnya nanti ke daerah-daerah lain," terangnya.

(Risna Nur Rahayu)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement