Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Duh, Referendum Picu Menegangnya Hubungan Turki-Belanda

Emirald Julio , Jurnalis-Kamis, 16 Maret 2017 |06:45 WIB
<i>Duh</i>, Referendum Picu Menegangnya Hubungan Turki-Belanda
Foto demonstrasi warga Turki dan politikus anti-Islam Belanda Geert Wilders (Foto: Daily Express)
A
A
A

ROTTERDAM – Berawal dari penolakan Belanda atas kehadiran Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu di kampanye referendum Turki telah menyebabkan hubungan kedua negara yang saat ini berada dalam kondisi semakin “panas”.

Ratusan tahun terlibat dalam diplomasi publik mendadak berubah menjadi demonstrasi penolakan hingga pelemparan telur ke arah gedung konsulat Belanda di Istanbul dan hal itu hanya karena kampanye referendum. Namun sebenarnya referendum apa yang Turki saat ini gadang-gadangkan hingga Belanda dengan keras menolak kehadiran Cavusoglu.

Partai AKP yang dipimpin oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membutuhkan suara setiap rakyat Turki demi meloloskan referendum yang akan diadakan pada 16 April. Karena itu pejabatnya rela pergi ke negara lain demi meraih dukungan imigran Turki.

Sebagaimana dikutip dari The Globe and Mail, Kamis (16/3/2017) jika lolos, maka referendum itu akan mengonsolidasikan kekuasaan Erdogan , mengikis peran perdana menteri bahkan meningkatkan pengawasan presiden di proses peradilan dan lain-lain. Singkatnya, ini akan menjadi momen Erdogan meluaskan kekuatannya di Turki.

Alasan penolakan Belanda dasarnya adalah kekhawatiran kampanye referendum di Rotterdam tersebut akan memicu ketegangan. Pasalnya, kunjungan itu hanya berselang beberapa hari sebelum diadakannya pemilihan umum parlementer.

Munculnya politikus anti-Islam, Geert Wilders, di Belanda semakin memperkeruh suasana pemilihan. Karena itulah Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menjelaskan, kehadiran Cavusoglu dapat mengancam keamanan dan ketertiban umum.

(Emirald Julio)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement