Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

KISAH RAMADAN: India, Berilah Saya Suara Adzan yang Merdu untuk Obat Rindu...

KISAH RAMADAN: India, Berilah Saya Suara Adzan yang Merdu untuk Obat Rindu...
Suasana saat Ramadan di Kota Hyderabad, India (Dinda Lisna/Okezone)
A
A
A

BERPUASA di Indonesia itu bagaikan mendaki gunung, dengan bonus cuaca yang stabil dan perbekalan logistik selama pendakian. Bagaimana tidak, menjalani puasa di Indonesia selalu diberi cuaca yang relatif stabil atau tidak pernah lebih dari 40 derajat celcius, orang-orang yang berpuasa di Indonesia diberi kemudahan dengan keringanan jam kerja, banyaknya tempat makan yang tutup pada jam-jam puasa, hingga mudahnya mendapatkan takjil.

Sebenarnya hal tersebut bukan hal yang istimewa mengingat Indonesia adalah Negara dengan mayoritas penduduk muslim. Keadaan yang kontras bila kita menjalani puasa di negeri orang, dimana muslim bukan mayoritas. Contohnya yang sedang saya jalani di India. Sebenarnya, keadaan berpuasa di kota tempat saya tinggal, yaitu Mysore, cukup stabil. Cuacanya masih sekitar 20-30 derajat celcius selama bulan Juni ini yang masuk dalam periode musim panas.

Mysore merupakan salah satu kota yang terletak di India Selatan. Untuk urusan cuaca, India selatan jauh lebih bisa diajak kompromi. Maksudnya, cuacanya jauh lebih bersahabat dibandingkan di India utara yang selalu lebih dari 40 derajat celcius selama musim panas. Bahkan di suatu kota di India Utara, yaitu Chandigarh, tantangan masyarakat muslim tidak hanya pada cuaca panas ekstrim, namun juga panjangnya waktu puasa.

Aktivitas di masjid kawasan Mysore, India (Dinda)

Di India selatan, puasa hanya satu jam lebih lama dari Indonesia. Bila di Indonesia sekitar 13 jam, di India selatan puasa berlangsung 14 jam. Dan, untuk beberapa kota di India utara mencapai 15 jam. Kadang saya bersyukur mendapatkan tempat menyambung ilmu di India selatan hanya karena faktor cuaca tersebut. ’’Kalau summer di India utara, jalan aspal sudah bisa untuk matengin telor,’’ ujar salah satu teman Indonesia saya yang berkuliah di New Delhi yang termasuk India utara.

Tentunya, cuaca dan lama waktu berpuasa bukan satu-satunya faktor tantangan puasa di negeri orang. Beraktivitas bersama orang India, ataupun teman dari Negara lain juga menjadi tantangan sendiri. Sebab Indonesia mempunyai identitas Islam yang berbeda dengan India. Dari atribut yang dikenakan sehari-hari saja berbeda. Ya, seperti pakaian. Bila perempuan Indonesia muslim kebanyakan mengenakan hijab berwarna-warni, namun tidak seperti perempuan muslim India yang selalu mengenakan hitam.

Tidak hanya India, pun dengan umat muslim dari negara lain yang membawa identitas muslim mereka sendiri. Misalnya dari Negara-negara Afrika. Beberapa teman perempuan muslim dari Afrika seringkali hanya melilitkan sorban di kepala mereka, tentunya dengan leher yang terbuka.

Takjil di Hyderabad, India (Dinda)

Kadang terpikir untuk berdiskusi mengenai konsep aurat menurut pandangan mereka. Namun saya kembalikan pada banyaknya penafsiran mengenai ayat-ayat Alqur'an seputar kewajiban menutupi aurat bagi perempuan. Cara menutup aurat di Indonesia saja bermacam-macam. Ada yang namanya trend sekarang itu busana syar’i, burqa, hingga sekadar melilitkan kerudung pada kepala dengan rambut yang tetap terlihat.

Tidak hanya cara menutup aurat yang berbeda, banyak hal yang kita dapatkan ketika berpuasa di Indonesia tidak akan kita dapatkan ketika di India. Salah satunya yang paling dirindukan adalah suara adzan yang berbeda. Bukan bacaannya yang berbeda, namun cara melantunkan adzannya itu.

India, yang mayoritas Islamnya berasal dari mazhab hanafi tidak memiliki suara adzan semerdu di Indonesia. Apalagi salawat tarhim sebagai penanda waktu imsak yang selalu kita dengar sebelum adzan subuh. Percayalah, pembeda yang signifikan justru bisa bermula dari hal-hal sepele. Pernahkah kalian menyadari hal itu?, Cobalah saja dengan sengaja mendengarkan dengan khusyu’ adzan dengan irama yang mendayu-dayu, dan bisa membuat rindu.

Dinda Lisna Amilia

Mahasiswi S2 di University of Mysore Atas beasiswa Indian Council for Cultural Relations

(Salman Mardira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement