MENJALANI puasa, paling enak, ya, di negara sendiri. Demikian yang dirasakan kebanyakan orang Indonesia saat merantau di negeri orang.
Seorang mahasisiwi magang di China, Mentari Puspa Ferisa, misalnya, mengaku ribet harus berpuasa di luar negeri. Apalagi jika negara yang tengah dijadikan perantauannya, kebanyakan dihuni non-Muslim. Selain karena godaannya jauh lebih banyak, dia juga sering tidak enak hati kalau ada orang yang menawarinya makan dan minum.
"Menjalani puasa di negeri orang itu rasanya ribet, karena ketika jam makan tiba, banyak yang mengajak saya makan. Pada saat seperti itu, rasanya bingung harus menjawab apa," curhatnya kepada Okezone, baru-baru ini.
Mentari (paling kanan atas) bersama teman-teman sesama Muslim di KBRI Beijing. (Foto: Istimewa/Mentari Puspa Ferisa)
Pasalnya, jika anak kedua dari empat bersaudara itu beralasan sedang diet, kesannya dia sok jaga badan. Akan tetapi, jika Mentari menjawab dengan sebenar-benarnya bahwa dirinya sedang berpuasa, maka ia pasti harus menjelaskan maksud ucapannya tersebut.
"Dan saya tak tahu harus bagaimana menjelaskannya, karena pasti bakal ribet banget," tuturnya.
Di sisi lain, imbuh Mentari, jika menolak karena tidak menyukai menunya, maka ia khawatir setelah Ramadan berlalu, teman-temannya tidak akan menawarkan lagi atau kaget saat ia memilih menu yang pernah ditolaknya.
"Rasa ribet dan sedih jadi satu deh,"ucapnya.