MAKSUD hati menambah jam terbang, apa daya bencana yang datang. Demikian yang dialami Sersan Penerbang Yoshimi Ichikawa pada 30 Juli 1971. Jet tempur Mitsubishi F-86F Sabre yang dikemudikannya menabrak pesawat All Nippon Airways (ANA) saat keduanya berada di udara.
Jet tempur tersebut diketahui terbang tanpa menggunakan radar sehingga keberadaan pesawat dengan nomor penerbangan 58 itu tidak terlacak. Pesawat Boeing 727 itu terbang dari Bandara Chitose di Hokkaido dengan tujuan Tokyo.
Sebagian besar penumpang di dalam pesawat tersebut adalah anggota kelompok yang membaktikan diri untuk membantu korban perang. Pesawat berhasil lepas landas tanpa ada gangguan dan berhasil mencapai ketinggian 28 ribu kaki dalam waktu singkat.
Ketika berada di wilayah pegunungan, pesawat tersebut tiba-tiba berpapasan dengan dua buah jet tempur pasukan bela diri Jepang (SDF). Salah satu jet dikemudikan Kapten Kuma dan satunya lagi oleh Sersan Ichikawa. Hingga saat itu, pria berusia 22 tahun tersebut baru memiliki jam terbang yang sedikit.
Kedua jet itu tidak dilengkapi radar sehingga tidak sadar akan kehadiran ANA58. Malangnya, dinukil dari History, Minggu (30/7/2017), jet tempur Ichikawa menabrak pesawat tersebut dan keduanya langsung jatuh ke pegunungan.
Ichikawa berhasil keluar dengan selamat lewat kursi pelontar tepat waktu. Sementara itu, semua penumpang dan kru penerbangan di pesawat ANA58 yang berjumlah 162 orang, tewas di tempat kejadian.
Sersan Penerbang Yoshimi Ichikawa tidak bisa melarikan diri dari tanggung jawab. Ia dijatuhi pasal dakwaan pembunuhan tanpa disengaja. Tetapi, Ichikawa dibebaskan usai menjalani persidangan. Sementara itu, Direktur Jenderal Badan Pertahanan, Keikichi Masuhara dan Kepala Staf Gabungan Angkatan Udara, Jenderal Yasuhiro Ueda mengundurkan diri usai insiden tersebut.
(Wikanto Arungbudoyo)