Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Tragedi Pembantaian Etnis Rohingya di Myanmar, PBNU: Percuma Aung San Suu Kyi Raih Nobel Perdamaian

Reni Lestari , Jurnalis-Sabtu, 02 September 2017 |12:23 WIB
Tragedi Pembantaian Etnis Rohingya di Myanmar, PBNU: Percuma Aung San Suu Kyi Raih Nobel Perdamaian
Ketum PBNU KH Said Aqil Siraj (Foto: Reni Lestari/Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siraj mengutuk keras kejahatan kemanusiaan yang menimpa etnis Muslim Rohingya di Distrik Rakhine, Myanmar. Selain itu, ia juga sangat menyayangkan sikap diam pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi yang juga pernah Nobel perdamaian tahun 1991 dalam pembantaian etnis Rohingya oleh militer setempat.

"Ini mencoreng nama baik beliau sebagai peraih obel perdamaian. Percuma itu Nobel kalau membiarkan kejahatan pembantaian terhadap Muslim Rohingya. Khususnya umat Islam, umumnya semua umat manusia mengutuk perilaku beradab ini," kata Kiai Said di Hotel Bidakara, Jakarta, Sabtu (2/9/2017).

Kiai Said melanjutkan, kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Myanmar ini menimbulkan tanda tanya besar. Sebab, etnis Rohingnya tidak pernah membuat gerakan politik apa pun yang berpotensi menggulingkan pemerintahan.

(Baca: Soal Rohingya, Ketum PBNU Minta Pemerintah Bicara Hati ke Hati dengan Otoritas Myanmar)

"Mereka itu saya pernah mendengar, mereka itu hidupnya gak macam-macam, enggak ada gerakan politik. Lain misalnya di negara lain, ada gerakan politik, ini enggak, enggak pernah aneh-aneh, melawan pemerintah, mengadakan oposisi, enggak. Lain situasi misalkan Filipina Selatan atau Pattani, Thailand," ujar dia.

Kiai asal Cirebon itu pun mendesak pemerintah Indonesia untuk bersikap proaktif dalam rangka menghentikan kejatahan kemanusiaan tersebut. Ia pun mendorong PBB segera turun tangan menangani masalah yang sudah berlarut-larut ini. "Sudah lama sebenarnya, tapi ada pembiaran, PBB harus selesaikan. PBB membiarkan. Kalau Bosnia , cepat sekali, ada apa-apa di Eropa, cepat sekali. Ini kok lama," ujar Kiai Said.

Dalam waktu dekat , Kiai Said mengatakan akan segera bertemu dengan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi untuk merapatkan sikap dan tindakan yang harus diambil dalam hal ini.

Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama, Choirul Soleh Rasyid, juga meminta pemerintah Indonesia bertindak tegas dengan mengusir Dubes Myanmar dari IndonesiaIsnu juga meminta meminta kepada Dewan Nobel di Swedia agar mencabut Nobel Perdamaian yg pernah diberikan kepada Aung San Suu Kyi. ISNU juga mendesak negara-negara anggota ASEAN juga memiliki sikap tegas kepada Myanmar.

“Kami kecewa dan marah kepada tentara Myanmar, karenanya kami meminta agar dihentikan kekerasan, pembunuhan dan pengusiran warga Rohingya. Sungguh biadab tindakan yang dilakukan tentara Myanmar saat umat Islam diseluruh dunia merayakan Idul Adha, tegas Choirul kepada Okezone, Sabtu (2/9/2017).

Diketahui, dalam sepekan terakhir tercatat ada 400 orang etnis Muslim Rohingya tewas, serta sekira 38 ribu diantaranya mengungsi ke Bangladesh. Puluhan ribu pengungsi Rohingya tersebut berupaya menghindari aksi kekerasan yang dilakukan militer Myanmar.

(Ulung Tranggana)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement