COX BAZAAR – Dua buah ledakan mengguncang wilayah perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh pada Senin 3 September 2017 sore waktu setempat. Ledakan disusul dengan suara tembakan dan asap hitam tebal mengepul dari lokasi.
Ledakan memang terjadi di wilayah yang masih masuk ke Myanmar. Akan tetapi, pasukan perbatasan Bangladesh menuturkan, seorang perempuan kehilangan sebelah kakinya akibat ledakan yang terjadi 50 meter (m) dari garis perbatasan. Korban kemudian dibawa ke sisi Bangladesh untuk mendapat perawatan.
Seorang pengungsi Rohingya yang melihat lokasi ledakan, merekam sesuatu yang nampak seperti ranjau darat. Terlihat sebuah cakram besi berdiameter 10 sentimeter (cm) yang sebagian tertanam di lumpur. Pria yang tidak diketahui namanya itu yakin masih ada dua ranjau sejenis yang ditanam di tanah.
Penjaga perbatasan Bangladesh meyakini perempuan itu menginjak ranjau darat meski belum bisa mengonfirmasi. Sementara itu, dua orang pengungsi Rohingya mengatakan melihat anggota militer Myanmar berkeliling lokasi sebelum insiden ledakan yang terjadi sekira pukul 14.25 waktu setempat.
Mengetahui kabar tersebut, juru bicara pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi, Zaw Htay, mengklaim laporan tersebut masih harus diklarifikasi. Informasi tersebut penting untuk mengetahui di mana persisnya lokasi ledakan, siapa yang bisa ke sana, dan siapa yang menanam ranjau darat.
“Siapa yang dapat memastikan bahwa ranjau darat itu tidak ditanam oleh para teroris? Ada banyak pertanyaan. Saya ingin mengatakan bahwa bukanlah sebuah berita yang valid jika Anda menulis hanya berdasarkan karangan cerita orang di pinggir jalan,” ujar Zaw Htay, mengutip dari Reuters, Selasa (5/9/2017).
Jalur tersebut diketahui dipakai oleh etnis Rohingya untuk mengungsi ke Bangladesh. Hingga Senin, tercatat hampir 90 ribu orang Muslim Rohingya melarikan diri ke negara yang dulu bernama Pakistan Timur tersebut sejak kekerasan meletus pada 25 Agustus 2017.
Kekerasan terjadi sebagai dampak agresifnya militer Myanmar dalam melancarkan operasi balasan terhadap Tentara Pembebasan Arkhan Rohingya (ARSA). Muslim Rohingya seakan mendapatkan diskriminasi karena tidak diungsikan ke tempat lebih aman oleh pihak berwenang.
(Wikanto Arungbudoyo)