Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mengharukan! Ini Cerita Relawan Indonesia yang Kunjungi Muslim Rohingya di Bangladesh

Rufki Ade Vinanda , Jurnalis-Rabu, 27 September 2017 |16:17 WIB
Mengharukan! Ini Cerita Relawan Indonesia yang Kunjungi Muslim Rohingya di Bangladesh
Foto para pengungsi Rohingya di kamp Cox's Bazar, Bangladesh (Foto: Reuters)
A
A
A

JAKARTA - Sudah bukan rahasia lagi jika tragedi kemanusiaan yang dialami Muslim Rohingya telah menyita perhatian dunia termasuk Indonesia. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, tentunya Indonesia tak tinggal diam. Guna membantu Rohingya yang kesulitan, pemerintah dan lembaga swasta pun mengirimkan bantuan ke Bangladesh di mana banyak pengungsi Rohingya tinggal.

Selain bantuan, beberapa warga Indonesia juga rela menjadi relawan dan berangkat langsung ke Bangladesh. Salah satunya adalah Anca Rahadiansyah yaitu seorang relawan Indonesia dari organisasi ACT (Aksi Cepat Tanggap) yang berangkat ke Bangladesh pada awal September lalu.

Anca yang tiba kembali di Indonesia pada Sabtu 22 September pun membagikan kisahnya tentang kondisi Muslim Rohingya.

Bagi-Bagi Hewan Kurban

Pada awal kedatangannya, yang dilakukan Anca pertama kali adalah membagikan daging hewan kurban untuk para pengungsi. Ia menyebut, saat itu kondisi pengungsi sangat memprihatinkan dan tidak memiliki apa pun.

Anca saat itu mengunjungi wilayah perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh di zero poin dekat dengan Sungai Naf sekira 3 kilometer (km) dari Myanmar. Ia menyaksikan langsung para pengungsi Rohingya yang menyeberang dari Rakhine State. Saat pertama kali tiba di sana kondisi cuaca diketahui tengah diguyur hujan. Kala itu, banyak warga Rohingya yang duduk di sepanjang jalan beralaskan tanah tanpa atap dalam kondisi basah kuyup kehujanan.

Para pengungsi tersebut tak hanya terdiri dari oeang dewasa tapi juga anak-anak termasuk bayi yang baru lahir. Namun berdasarkan hasil pantauannya, para pengungsi diterima dengan cukup baik oleh para penjaga perbatasan atau Militer Bangladesh.

"Saya melihat tentara atau Border Guard Bangladesh (BGB) hanya memberi arahan saja terhadap pengungsi dan bersyukur tidak mendorong kembali pengungsi Rohingya dari zero point. Saat itu para tentara juga nampak hanya menyimpan senjata yang mereka bawa. Mereka hanya mengatur dan mengarahkan serta memberikan semacam SOP agar para Rohingya tidak tinggal di tanah milik warga Bangladesh melainkan di tanah pemerintah. Tidak ada yang ditendang. Mereka hanya mengatur saja sampai malam, " ujar Anca dalam konferensi pers di Menara 165, Jakarta,  Rabu (27/9/2017).

Anca menambahkan, para pengungsi tinggal di bukit-bukit atau gedung pemerintah seperti balai desa di Bangladesh. Selain memberikan daging kurban, Anca dan organisasi yamg diwakilinya juga memberikan bantuan bahan pangan, alat masak, dan pakaian serta memberi bantuan kesehatan.

Layanan medis gratis tersebut diberikan pada 14 September. Sementara itu, sikap BGB terhadap para pemberi bantuan juga cukup ramah. Mereka tak segan untuk mengarahkan dan memberitahu para pemberi bantuan di mana kamp yang belum mendapatkan suplai.

"Pada awalnya saya juga dicegat. Tapi mereka mengarahkan seperti 'Brother di sini sudah banyak bantuan tadi dari si A si B di sana saja yang belum'. Pada awalnya saya juga takut dicegat tapi kan mereka perlu memeriksa karena khawatir adanya human trafficking atau ada hal yang mengancam negara mereka. Mereka (tentara) humanis," kata Anca.

Akses Sulit, PM Bangladesh Buka Pintu untuk Relawan

Anca menyatakan, bukanlah hal yang mudah untuk bisa datang ke Bangladesh. Pada awalnya, ia masuk ke wilayah perbatasan Myanmar-Bangladesh dengan sembunyi-sembunyi. Namun, kemudian langkah Anca dipermudah dengan pernyataan dukungan terhadap Rohingya dari Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina Wazed.

"Ketika PM Hasina memberi statement tentang empati beliau terhadap Rohingya, akses untuk memberikan bantuan lebih terbuka," imbuh Anca.

Anca menambahkan, pernyataan PM Hasina juga membuat warga lokal Bangladesh lebih berani bergerak untuk membantu para pengungsi. Mereka juga tak segan untuk berinteraksi dengan warga Rohingya.

"Interaksi antara Rohingya dan warga lokal Bangladesh berlangsung biasa. Kadang-kadang mereka malah membantu. Bahkan ACT pun dibantu warga lokal untuk memberi bantuan selama ini. Beberapa dokter juga dari Bangladesh," terangnya.

Anca bercerita bahwa PM Hasina telah mengunjungi kamp pengungsian Rohingya secara langsung. Hal ini membuktikan bahwa Pemerintah Bangladesh sangat peduli dengan pengungsi Rohingya. Kunjungan PM Hasina ini memupuk semangat warga Bangladesh dalam mendukung Rohingya. Bahkan beberapa warga yang sebelumnya diam kini berani memasang banner bertuliskan "Stop Killing Rohingya".

Muslim Rohingya Bahagia Terima Bantuan Indonesia

Menutup ceritanya, Anca menuturkan para warga Rohingya sangat antusias dan bahagia menerima bantuan dari Indonesia. Beberapa dari mereka bahkan menerima bantuan sembari menangis.

"Mereka sangat bahagia menerima bantuan. Bahkan ada pengungsi yang menangis saat diberi makan karena ia tak makan selama 3 hari lamanya setelah melakukan perjalanan untuk menyeberang ke Bangladesh. Ia melakukan perjalanan selama 13 hari dan bekal makanan hanya cukup untuk 10 hari saja sehingga sisanya ia tidak makan, " jelasnya.

Berdasarkan informasi yang ia kumpulkan warga Rohingya membutuhkan waktu 10 sampai 15 hari untuk menyeberang ke Bangladesh. Kondisi para pengungsi baik yang lama maupun baru menyeberang masih memprihatinkan meskipun saat ini jumlah bantuan yang datang dari berbagai pihak masih mencukupi.

(Emirald Julio)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement