Pertemuan kedua pemimpin Korea ini memang membuat banyak pihak terkaget karena pertemuan berlangsung sangat hangat antar-keduanya. Menurut Evita, sebenarnya hal itu tidaklah mengejutkan sebab sebelum ini sudah begitu banyak upaya dilakukan Korsel maupun Korut dalam membangun komunikasi, termasuk dengan hadirnya atlet olimpiade musim dingin Korut ke Korsel beberapa waktu lalu, kemudian kehadiran delegasi seni budaya Korsel ke Korut sebelum pertemuan keduanya berlangsung.
Terkait dengan Indonesia, menurut Evita, tentu saja Indonesia sangat menaruh harapan tuntasnya konflik di Semenanjung Korea ini secara parmanen, sehingga mengurangi tensi yang sangat besar seperti selama ini di kawasan. Indonesia memiliki hubungan baik dengan Korea Selatan maupun Korea Utara, dan memiliki pandangan yang sama bahwa perlunya denuklirisasi di semenanjung.
Kim Jong Un (kiri) berpegangan tangan dengan Moon Jae-in (Reuters)
Diantara butir Deklarasi Panmunjeon disebutkan kedua negara sepakat secara aktif mendorong untuk mengadakan pembicaraan tiga-arah , yang melibatkan dua Korea dan Amerika Serikat, atau pembicaraan empat-arah, yang melibatkan dua Korea, AS dan China, untuk mendeklarasikan berakhirnya Perang Korea, mengubah gencatan senjata menjadi perjanjian damai dan membangun rezim perdamaian yang abadi.
Kemudian menegaskan kembali tujuan bersama untuk mewujudkan Semenanjung Korea yang bebas nuklir melalui denuklirisasi menyeluruh.
Presiden Korsel Moon Jae-in sendiri dijadwalkan akan berkunjung ke Korea Utara pada musim gugur ini.
Selain itu, kedua negara juga sepakat membangun kantor penghubung bersama di Kaesong, menyelenggarakan reuni keluarga pada 15 Agustus, menghentikan tindakan bermusuhan di darat, laut dan udara terhadap satu sama lain, dan lainnya.
Â
(Salman Mardira)