Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Revolusi Roti Buaya: Dulu Cuma Buat Pajangan, Kini untuk Makan-Makan

Muhamad Rizky , Jurnalis-Sabtu, 07 Juli 2018 |09:46 WIB
Revolusi Roti Buaya: Dulu Cuma Buat Pajangan, Kini untuk Makan-Makan
(Foto: Soesmerdeka)
A
A
A

JAKARTA - Roti buaya jadi seserahan yang wajib dibawa pengantin laki-laki untuk diserahkan ke mempelai perempuan sebagai simbol kesetiaan.

Sejarawan Betawi yang juga menjabat Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi, Yahya Andi Saputra mengatakan, makna roti buaya tak sekedar sebagai simbol kesetiaan, maupun memiliki umur panjang. Kata dia, para leluhur Betawi memaknai itu lebih jauh yakni sebagai penjaga sumber kehidupan.

Para leluhur Betawi terdahulu percaya, bahwa buaya merupakan mahluk siluman yang kerap muncul di sungai untuk menjaga 'entuk' atau sumber mata air. Keyakinan tersebut melekat dan diliengkapi dengan cerita rakyat seperti kisah buaya putih.

"Maka pemahaman itu dijadikan simbol oleh leluhur Betawi dan dijadikan salah satu serah-serahan wajib zaman dulu dalam pernikahan. Karena orang kawin itu bukan semata-mata melampiaskan hawa nafsu, tapi bagaimana melanjutkan kehidupan ini. Maka, dia kawin, dia bereproduksi, melahirkan anak, cucu dan melanjutkan kehidupan," kata Yahya saat di temui di Jalan Rasuna Said Kuningan.

Menurut Yahya, ada perbedaan roti buaya dulu dengan sekarang. Dulu seserahan berbentuk buaya itu dibuat dengan menggunakan daun kelapa atau berbahan kayu. Biasanya, setelah menikah, sepasang buaya tersebut di pajang depan rumah atau di simpan di atas lemari sebagai hiasan.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement