SELAMA enam bulan terakhir BBC News Indonesia melakukan investigasi terkait penurunan permukaan tanah di Jakarta. Kami menemukan bahwa potensi tenggelamnya Jakarta bukanlah omong kosong belaka. Berikut berbagai hal yang perlu Anda ketahui dan apa yang bisa dilakukan untuk mengantisipasinya sebelum terlambat.
Sore itu Fortuna tengah bersantai di rumah mewah pinggir lautnya yang dilengkapi dermaga, di kawasan Pluit, Jakarta Utara. Perempuan ini duduk menatap kanal, tempat berbagai kapal mesin terparkir, bersandar ke masing-masing rumah.
Suasana tenang. Sesekali semilir angin laut mengibas rambut perempuan yang masih berkuliah ini. Namun, Fortuna menyebut kondisi itu bisa berubah drastis, mencekam ketika hujan turun lama dan air laut meninggi.
"Bahkan di sini beberapa kali terjadi banjir. Air laut masuk ke rumah, bahkan sampai melebihi batas telinga", katanya dengan suara tegas.
Di area kolam renang, Fortuna pun menceritakan bagaimana setiap enam bulan atau setahun sekali, air laut merembes masuk, dan menenggelamkan kolam bewarna kebiruan itu. "Airnya lebih tinggi dari kolam renang. Perabotan-perabotan harus kami naikin ke atas, ke lantai dua".
Dan tidak hanya banjir yang dirasakannya selama tinggal di rumah tersebut empat tahun terakhir. Setiap enam bulan sekali berbagai tiang dan dinding di rumah yang tampak kokoh itu, retak-retak.
"Jadi harus diperbaiki terus. Tukang yang dipekerjakan di sini bilang, penyebab (banjir dan retakan) karena perubahan tanah."
Berdasarkan riset tim peneliti geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB), di Jakarta Utara setiap tahunnya telah terjadi penurunan permukaan tanah dengan kedalaman mencapai 25cm.
"Ini adalah salah satu penurunan tanah terbesar di dunia, karena kita bayangkan dalam 10 tahun penurunannya mencapai 2,5 meter," kata Heri Andreas, salah satu doktor di bidang geodesi ITB yang terlibat dalam penelitian ini.
Heri menekankan bahwa peluang Jakarta untuk tenggelam, tidak mengada-ada. Ada data yang berbicara.
Apa penyebabnya?
Saat berkunjung ke Jakarta Utara, Heri mengungkapkan bahwa penyebab utama penurunan tanah ini adalah karena pengambilan air-tanah dalam yang berlebihan.
"80-90% penyebab penurunan tanah karena itu."
Air tanah dalam adalah air tanah yang terletak di kedalaman sekitar 80 sampai 300 meter di bawah permukaan tanah.
Intensnya pengambilan air-tanah dalam di Jakarta, menggunakan sumur dan pompa air, karena Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) hanya bisa memenuhi 40% kebutuhan air bersih, termasuk air minum warga ibukota.
"Sisanya (60% kebutuhan) harus dicari sendiri. Dan yang paling mudah, paling gampang dan paling bagus kualitas airnya itu ya dari tanah," jelas Heri.