SEMARANG – Menjamurnya driver ojek online (ojol) di berbagai daerah tak dipungkiri sangat membantu warga dalam mobilisasinya. Mereka tak perlu datang lagi ke pangkalan dan tawar-menawar biaya jasa untuk diantar ke tujuan.
Tarif yang pasti membuat konsumen mengandalkan ojol untuk bepergian terutama untuk tujuan jarak dekat. Apalagi, ada pula operator ojol yang kerap memberikan tarif promo hingga gratis antar untuk konsumen non-tunai.
(Baca Juga: Tak Bisa Lepas dari GPS, Driver Ojol Tetap Harus Perhatikan Hal Ini)
Tak pelak warga pun semakin dibuat manja. Mereka tinggal duduk manis di teras rumah sembari menekan tombol “Pesan” di ponsel pintar. Dalam hitungan menit, pengemudi akan datang menjemput. Jumlah pengemudi ojek online kini makin berjibun sehingga bisa cepat merespons order konsumen.
Penampilan pengemudi ojol ini juga relatif rapi dan menarik. Mereka mengenakan seragam jaket, bersepatu, dan mengenakan helm. Senyum dan sapa tak lupa mereka sampaikan ketika bertemu dengan konsumen yang tengah menunggu.
Setelah cukup berbasa-basi, pengemudi segera mempersilakan konsumen naik motor. Sebelumnya helm yang berbau wangi diserahkan kepada konsumen untuk dikenakan. Tumpukan masker yang biasanya tersimpan dalam tas atau bagasi motor juga ditawarkan, meski acapkali sering ditolak.
Pengemudi lantas melihat layar ponselnya dan seperti menekan tombol sebelum memulai perjalanan. Ponsel itu pun lantas ditaruh di atas speedometer. Agar merekat kuat, bagian bawah ponsel beri karet gurita dengan dibasahi sedikit air.
Keberadaan ponsel pintar itu bukan tak memiliki fungsi. Layar ponsel menampilkan rute perjalanan dari titik awal penjemputan hingga tujuan akhir. Pengemudi cukup melirik rute dalam fitur Global Positioning System (GPS) agar tak menyasar.
“Itu sengaja ditaruh di situ (atas sepeedometer) agar mudah kita lihat. Bisa memandu kita sampai tujuan. Soale kalau Tanya ke konsumen seringnya dibilang cerewet, banyak bicara. Ujung-ujungnya kita mendapat komentar enggak bagus,” kata Ferdi, pengemudi ojol asal Semarang.
Ferdi mengatakan, pengalaman mendapat komentar yang tak baik juga pernah dituturkan temannya. Setelah ditelusuri alasannya ternyata sama. Pengemudi bertanya kepada konsumen yang diboncengnya untuk memandu rute.
“Kalau mendapat bintang satu dan komentar yang enggak bagus kan menurunkan performa kita. Belum lagi nanti kalau kena sanksi sampai di-suspend. Makanya ya sudah deh, kita pasang ponsel di speedometer untuk lihat GPS, map-nya,” tukas dia.
Dia mengaku keberadaan ponsel pintar di atas speedometer itu tak menggangunya dalam mengendarai sepeda motor. Hanya sesekali melirik ke bawah, untuk melihat rute. Selebihnya pandangan mata ke depan sembari mengamati padatnya arus lalu lintas.
“Kita kan hanya melirik sedikit agar tak kesasar. Tidak berbahaya lah. Lagi pula kedua tangan juga berada di stang kemudi. Jadi masih sangat aman untuk berkendara. Kita todak main-main HP, menekan tombol juga enggak,” bebernya.
Seorang Driver Ojek Online Menggunakan GPS (Taufik Budi)
Selama menjadi ojol dua tahun terakhir, Ferdi mengatakan belum pernah ditegur konsumen karena dianggap membahayakan ketika mengendarai sepeda motor. Ribuan penumpang yang dilayaninya ta mempermasalahkan ketika dia melihat rute perjalanan di ponsel.
”Kalau sebagian besar Kota Semarang ini sudah banyak hapal jalannya. Cuma kalau yang gang-gang kecil kan kita memang enggak tahu, nah itulah gunanya GPS. Baru kalau enggak ketemu juga (lokasi tujuan) baru nanya ke konsumen. Kan bukan dari awal kita nanya terus, hanya dikit kita tanyanya,” ucap dia.
Pada musim penghujan saat ini, dia melakukan siasat kusus agar ponsel kesayangannya tak basah. Dia membungkus ponsel itu dengan plastik sehingga aman meski hujan deras mengguyur. “Ini saya bawa plastik untuk bungkus,” cetusnya mengakhiri pembicaraan karena menerima order penumpang.