Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Jurus Ampuh Cegah Anak Kecanduan Gadget: Jangan Belikan!

Taufik Budi , Jurnalis-Sabtu, 26 Januari 2019 |17:07 WIB
Jurus Ampuh Cegah Anak Kecanduan Gadget: Jangan Belikan!
Ilustrasi Anak Bermain Gadget (foto: Taufik Budi/Okezone)
A
A
A

SEMARANG – Gadget berupa ponsel pintar seolah menjadi peranti yang tak boleh lepas dari aktivitas manusia. Setiap aktivitas barang elektronik itu selalu dibawa. Setiap kali berdering atau bergetar, mata akan begerak cepat untuk mengecek layar monitor.

Ternyata fenomena itu juga terjadi pada anak-anak. Mereka terlalu asyik dengan ponsel pintar baik untuk main game atau sibuk membalas chat teman-temannya. Tak ayal, kewajibannya sebagai pelajar menjadi terbengkalai.

(Baca Juga: Anak dan Ortu Sibuk Main Gadget, Tak Ada Interaksi Keluarga) 

“Biasanya saya pakai HP kalau pulang sekolah, pakai sebentar lalu mandi sore. Yang bisa agak lama memakai HP itu kalau hari Sabtu dan Minggu, karena juga libur sekolah,” kata Nurul Azizah, pelajar kelas V SD, Jumat (25/1/2019).

Ilustrasi Anak Bermain Gadget (foto: Taufik Budi/Okezone)	 

Gadis kecil berparas cantik itu mengaku, kerap ditegur orangtuanya jika lupa salat dan makan akibat terlalu asyik main HP. Meski beberapa kali dimarahi, namun ketika memegang HP maka kesalahan tersebut kembali terulang.

“Kalau mau salat, makan, atau belajar kadang itu lupa karena terlalu asyik main HP. Di situ kan banyak game, makanya saya betah untuk main. Sekarang ini, sudah mulai mengurangi megang HP dan diganti baca buku. Ini sudah pinjam banyak buku cerita dari perpustakaan,” katanya sembari menunjukkan buku-buku cerita dari perpustakaan sekolah.

Sementara orangtuanya, Enih Nurhaeni, menyampaikan, memberikan pembatasan ketat bagi anak-anak dalam mengakses gadget. Dia tak membelikan ponsel pintar bagi masing-masing anak, seperti kebanyakan orangtua lainnya.

“Dulu masing-masing sudah pernah dibelikan tablet, sehinga kalau main tidak saling pinjam. Di situ mereka terlalu asyik, lupa segala kewajiban termasuk salat. Makanya setelah tablet rusak, ya sudah tidak dibelikan lagi sampai sekarang,” tukas Enih.

Pembatasan yang dilakukan olehnya terbukti ampuh. Anak-anak ketika ingin menggunakan gadget harus pinjam orantuanya terlebih dahulu. Jika di tengah menggunakan ponsel itu, tiba-tiba diperlukan orangtua maka anak akan langsung mneyerahkanya.

“Selama ini saya menjaga anak-anak supaya tidak terlalu banyak bermain gadget. Yaitu tidak membelikan gadget. Jadi masih memberikan kesempatan menggunakan gadget tapi itu adalah milik saya sendiri,” tuturnya.

 

“Dengan menggunakan gadget milik orang tua berarti setidaknya kita bisa mengontrol apa yang mereka akses. Dan yang terpenting mereka menyadari jika gadget itu bukan miliknya sehingga bisa kita minta kapan saja,” sambung dia.

Meski sudah dibatasi, bukan berarti pengawasan menjadi lemah. Perempuan asal Kuningan Jawa Barat itu masih menyatakan kekhawatiran anak-anaknya lalai dengan kewajiban sebagai pelajar. Untuk itu, jika dirasa terlalu lama memegan ponsel pintar, dia tak bosan mengingatkan akan kewajiban anak-anaknya.

“Yang membuat khawatir adalah tentang belajarnya karena lebih asyik dengan HP, lupa akan tugas-tugas sekolah. Kemudian juga aktivitas sehari-hari, akhirnya mereka lebih banyak diingatkan untuk mandi, salat, makan. Mereka lupa waktu-waktu tersebut atau kegiatan-kegiatan itu saking asyiknya main gadget,” bebernya.

Selain pembatasan waktu penggunaan gadget, anak-anak juga harus terbuka kepada orangtua tentang segala yang diakses. Dengan cara itu, orangtua bisa mengawasi dan mengarahkan konten-konten yang boleh dibuka atau sama sekali dilarang mengakses.

“Ketika mereka menggunakan gadget, laptop, handphone, itu di depan orangtua. Bukan berarti di depan persis, tapi misalnya kamar tidak dalam keadaan tertutup, kemudian nonton laptop juga bersama. Itu salah satu kenapa saya masih memberikan kesempatan mereka untuk memberikan gadget, karena dalam masih dalam controlling saya,” urainya.

Sebagai ibu dengan dua anak yang telah berinteraksi dengan gadget, Enih kerap menyampaikan tentang bahaya dan manfaat teknologi informasi. Di antaranya tidak memberikan identitas kepada orang asing. Selain itu, dia juga aktif memantau grup percakapan anak-anak untuk memastikan kegiatan mereka masih dalam koridor yang benar.

(Baca Juga: Ajak Anak Main Bola dan Petak Umpet agar Tak Keranjingan Gadget) 

“Meskipun dengan pengontrolan seperti itu pun masih ada sisi-sisi yang tidak bisa saya jangkau, karena dua-duanya mempunyai grup WhatsApp pribadi. Walaupun itu di HP saya, tapi saya tidak bisa mengakses. Nah itu yang masih menjadi kekhawatiran,” ucapnya.

Namun, sebagai orangtua, Enih juga memberikan informasi-informasi penting berkaitan tentang bahaya, dampak buruk dari gadget atau yang ditimbulkan kepada anaknya.

“Walaupun saya dengan keterbukaan seperti itu aja masih ada sisi yang tidak bisa dijangkau oleh orangtua, apalagi misalkan sama sekali tak diawasi dan lepas memberikan gadget pribadi bagi anak. Mungkin akan lebih susah mengontrolnya, ketika anak itu memiliki gadget pribadi. Lalu orangtua juga tidak mengontrol apa konten yang dibuka, yang dimainkan dalam gadget tersebut,” kata dia.

(Fiddy Anggriawan )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement