KAMPUNG Marunda Pulo. Saat mendengar daerah itu, pasti yang akan selalu teringat di benak orang adalah Si Pitung. Ya, daerah itu memang tempat lahirnya pahlawan asli Betawi. Si Pitung, jawara Betawi yang satu ini memang sudah terkenal ke seantero jagat Jakarta.
Mengutip buku Ensiklopedia Jakarta, untuk menghormati jasa Si Pitung, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menjadikan rumah dan masjid yang biasa dipakai salat oleh Si Pitung sebagai cagar budaya dan menjadi kebanggan warga sekitar Kampung Marunda.
Di sana juga terdapat situs-situs bersejarah seperti kuburan keramat peninggalan kolonial Belanda. Nama, Marunda berdasarkan cerita dari penduduk asli di sana merupakan singkatan dari: Markas Penurunan Pasukan Belanda.
(Baca juga: Sejarah Masjid "Si Pitung" Al-Alam Marunda)
Tempat itu dinilai sangat strategis untuk menurunkan para tentara setelah melalui perjalanan panjang di tengah lautan. Mereka memanfaatkan kawasan itu untuk beristirahat sebelum menyerang Jayakarta. Tak hanya itu, sewaktu pasukan laut Mataram akan menyerang Batavia. Mereka menggunakan Marunda sebagai pusat koordinasi untuk mengatur sebuah strategi.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat asli sana kini lebih suka menyebut Marunda dengan sebutan Belanda alias Belakang Marunda.
(Qur'anul Hidayat)