Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kematian George Floyd: Media China, Rusia hingga Iran Kritik Trump Atas Pelanggaran Hak Demokrasi

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Kamis, 04 Juni 2020 |15:22 WIB
Kematian George Floyd: Media China, Rusia hingga Iran Kritik Trump Atas Pelanggaran Hak Demokrasi
Presiden AS Donald Trump. (Foto/White House)
A
A
A

WASHINGTON - Para pengunjuk rasa dibubarkan oleh polisi dengan gas air mata, demonstrasi di seluruh negeri yang menentang jam malam, dan seorang presiden yang mengancam akan mengerahkan tentara di jalan-jalan.

Kekacauan sipil di Amerika Serikat yang dipicu oleh kematian warga Amerika keturunan Afrika, George Floyd, telah menggantikan virus corona sebagai tajuk utama di berbagai media di seluruh dunia.

Bagi negara-negara yang menjadi sasaran kritik AS karena dianggap melanggar hak-hak demokrasi, kematian George Floyd memberikan peluang untuk membalikkan keadaan di Washington. Berikut adalah bagaimana media di Cina, Iran, Rusia dan Turki meliput protes di AS.

CHINA 

Surat kabar pemerintah China, Global Times, membandingkan respons AS terhadap protes atas kematian George Floyd dengan dukungan Washington sebelumnya kepada para pemrotes Hong Kong, mengingatkan para pembaca bahwa para politisi AS menggambarkan demo di Hong Kong sebagai "pemandangan indah" demokrasi.

Pemimpin redaksi harian tersebut, Hu Xijin menulis, "Kekacauan di Hong Kong yang berlangsung lebih dari setahun dan tidak ada tentara dikerahkan. Tapi baru tiga hari terjadi kekacauan di Minnesota, Trump secara terbuka mengancam penggunaan senjata api dan menyiratkan akan mengerahkan pasukan militer."

Foto/Reuters

Situs surat kabar itu telah mengunggah tangkapan layar dari pesan-pesan di Twitter - konon berasal dari "perusuh" anonim Hong Kong - menawarkan pengunjuk rasa AS "tutorial online" tentang pengaturan penghalang jalan dan menghindari polisi. Twitter diblokir di daratan Cina.

"Tampaknya AS mendorong protes di Hong Kong dan bagian dunia lainnya," tulis surat kabar tersebut,"ayam-ayam [pengunjuk rasa] itu telah pulang untuk bertengger di AS."

AS sebelumnya sangat kritis akan perlakuan China terhadap Hong Kong, setelah gelombang demonstrasi pro-demokrasi terjadi sejak 2014.

Baru-baru ini, terjadi demonstrasi di teritori oti setelah Beijing berencana untuk memberlakukan rancangan undang-undang keamanan baru terhadap wilayah itu, memicu kekhawatiran bahwa penduduk Hong Kong akan kehilangan kebebasan mereka.

Foto/Reuters

AS mendukung penuh para pengunjuk rasa ini, yang oleh pemerintah China disebut sebagai 'pengacau', dan mendesak pemerintah China menghormati hak mereka untuk didengar.

Demonstrasi atas kematian George Floyd menyebar luas di platform media sosial China, Weibo, yang sangat ketat dikontrol pemerintah.

Dalam salah satu utas, pengguna membuat lelucan tentang Presiden Trump yang berlindung di bungker Gedung Putih pada 29 Mei lalu di tengah demonstrasi yang memanas.

"Anda presiden yang dipilih oleh banyak orang, kenapa Anda khawatir akan rakyat Anda," ujar salah satu komentar di utas itu, yang disukai oleh hampir 85.000 pengguna.

"Adegan-adegan yang terjadi di Hong Kong, akhirnya muncul di negara Anda," ujar pengguna yang lain.

IRAN

Beberapa negara memiliki hubungan yang tegang dengan AS, seperti Iran - negara yang berselisih dengan Washington sejak Revolusi Islam 1979 dan dikenai sanksi keras dari AS.

Segera setelah demonstrasi atas kematian George Floyd dimulai di AS, kantor berita Iran, Fars, menerbitkan komentar yang menyerukan Presiden Trump untuk menegakkan kewajiban Amerika di bawah hukum internasional untuk melindungi komunitas kulit hitamnya.

"AS mencaci negara-negara lain atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia," demikian bunyi artikel itu, "tetapi secara konsisten dan sengaja menolak mengakui dan menangani sejarah suramnya sendiri atas pelanggaran hak asasi manusia."

Media penyiaran Iran juga secara luas melaporkan cuitan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, di mana ia menyamakan kebrutalan polisi AS terhadap orang Amerika keturunan Afrika dengan sanksi terhadap Iran.

Kendati begitu, penghormatan dengan menyalakan lilin yang diadakan untuk menghormati George Floyd di kota Mashad memicu perdebatan di Twitter, yang diblokir di Iran, setelah beberapa pengguna menuduh para pemimpin Iran menampilkan standar ganda.

Seorang pengguna mengatakan ketika menyalakan lilin untuk George Floyd, pemerintah Iran telah "menangkap orang-orang yang menyalakan lilin bagi mereka yang tewas dalam kecelakaan pesawat Ukraina".

Beberapa pengguna Twitter juga membandingkan reaksi Iran terhadap peristiwa di AS dengan demonstrasi yang terjadi di Iran November lalu, yang menurut Amnesty International, lebih dari 300 tewas akibat tindakan keras polisi.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement