JAKARTA – Dampak ekonomi akibat pandemi virus Corona (Covid-19) memukul hampir semua lini bisnis di Tanah Air, termasuk tempat hiburan malam. Untuk menyambung hidup, berbagai usaha dilakukan para pekerja hiburan malam.
Salah satu pekerja tempat hiburan, Diana (26), bahkan rela bekerja serabutan untuk menghidupi keluarganya di kampung.
Karena sebagai pemandu lagu atau ladies companion (LC), tempat ia bekerja terpaksa ditutup. Apalagi Pemprov DKI Jakarta kembali memperpanjang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi fase I selama dua pekan mendatang.
“Saya lebih baik cari cara dapat duit yang lain dibanding harus begitu (menjajakan diri),” kata Diana dikutip Sindonews, Rabu (22/7/2020).
Wanita cantik yang telah malang melintang sebagai pemandu lagu sejak 2016 di berbagai tempat karaoke eksekutif di Jakarta ini, mengaku belum pernah berkencan dengan tamunya.
“Saya profesional saja. Sebagai pemandu saya menjual suara saya, bukan badan saya. Yah paling minum alkohol aja,” ujarnya.
Kendati demikian, hatinya sempat goyang saat wabah Corona melanda Jakarta pada awal Maret 2020 lalu. Dia sempat terpikir untuk menjajakan diri, namun suaminya secara tegas melarang dan meminta untuk bekerja dengan cara lain yang halal.
Diana pun mendapat ide, karena banyak temannya sesama pemandu lagu yang membutuhkan makanan. Ia pun menjadikan itu peluang usaha dengan menjajakan makanan yang dia masak sendiri di kontrakannya. Dari situ ia mulai menabung dari jual beli masakan. “Lumayan mas, Rp100-200 ribu per hari mah saya dapat,” imbuhnya.
Namun jika dibandingkan dengan pendapatannya sebagai pemandu lagu di tempat karaoke, sangat jauh yang dia terima, yakni minimal Rp500 per hari. Kendati demikian, dia tetap bersyukur masih bisa bertahan hidup dari usahanya tersebut.
Untuk menambah penghasilannya, sesekali dia juga bekerja freelance sebagai pemandu travel di Wisma Atlet Kemayoran. Dia memanfaatkan banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang datang dari berbagai negara untuk mengisolasi diri, Diana kemudian menawarkan diri menjadi pemandu wisata.
“Bahasa kasarnya sih kernet mas,” ujarnya sambil tersipu malu.