Sebagai pemandu travel, dia pun merasakan berpergian ke beberapa kota besar, seperti Bandung, Semarang, hingga Surabaya. Sesekali ia bersama suami juga melayani perjalanan pribadi dengan bekas pasien ke kota besar lainnya. Dari dua pekerjaan itu, Diana mengaku mendapatkan penghasil Rp1-2 juta setiap pekan. “Walapun kadang kita harus tidur di POM bensin,” katanya.
Namun, pendapatannya pun kembali berubah menjelang bulan Mei, saat Kemenhub kembali membuka penerbangan. Dari situ ia mulai kehilang pendapatan itu. Sebab keberadaan bus bandara membuat sejumlah travel gelap tidak terpakai. Masyarakat lebih memilih menggunakan bus bandara karena harganya lebih murah dan jauh lebih aman.
Diana mengakui merasa nyaman bekerja sebagai pemandu lagu di karaoke eksekutif. Ia pun bisa menjaga diri selama bekerja di sana. Namun bekerja di sana tidak bisa mendapatkan kepastian soal pendapatan dan nilainya lebih kecil.
Karena itu, selama pandemi ia mulai menurunkan gaya hidup, mulai dari berpindah kontrakan ke kawasan yang murah, hingga tak lagi jajan atau pergi ke mal. “Untungnya selama PSBB mal-mal tutup,” ujarnya mengakhiri perbincangan.
(Fahmi Firdaus )