SANAA - Ratusan tahanan dibebaskan dalam pertukaran terbesar antara pihak-pihak yang bertikai di Yaman sejak konflik dimulai pada 2015. Lebih dari 600 pemberontak Houthi dan 400 tahanan pro-pemerintah diperkirakan akan dibebaskan selama dua hari ke depan.
Pertukaran tahanan massal telah disepakati selama pembicaraan yang diawasi PBB di Swiss bulan lalu.
Dua sandera Amerika Serikat (AS) yang ditahan oleh Houthi dibebaskan pada Rabu (14/10/2020) dan 200 pendukung Houthi diizinkan kembali dari Oman.
BACA JUGA: HRW: Pasukan Arab Saudi Lakukan Pelanggaran HAM Berat di Yaman
Komite Palang Merah Internasional (ICRC), yang mengawasi pertukaran tersebut, mengatakan bahwa lima pesawatnya telah lepas landas dari bandara di Kota Abha, Sanaa dan Seiyoun di Yaman pada Kamis (15/10/2020) pagi.
Utusan PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, mengatakan pembebasan itu adalah "tanda lain bahwa dialog damai dapat disampaikan", menambahkan bahwa dia berharap pembicaraan lebih lanjut akan diadakan untuk membahas pembebasan tahanan yang masih ditahan.
Pada akhir 2018, kedua belah pihak sepakat untuk membebaskan total 15.000 narapidana, tetapi kesepakatan itu belum sepenuhnya dilaksanakan, demikian diwartakan BBC.
Sehari sebelum pertukaran dimulai, Houthi mengatakan mereka telah menerima kelompok warga Yaman dari negara tetangga Oman, banyak dari mereka terdampar setelah menjalani perawatan medis di sana.
BACA JUGA: Yaman Laporkan Kasus Pertama Virus Corona
Seorang juru bicara pemberontak mengatakan mereka termasuk korban yang telah melakukan perjalanan ke negara Teluk selama pembicaraan damai yang ditengahi PBB antara pihak-pihak yang bertikai di Stockholm pada 2018.
Pejabat AS mengidentifikasi warga Amerika yang dibebaskan sebagai Sandra Loli, seorang pekerja kemanusiaan yang ditahan selama sekira tiga tahun, dan pengusaha Mikael Gidada, yang ditahan selama sekira satu tahun. Bersama mereka, jasad tawanan warga AS ketiga, Bilal Fateen juga dipulangkan oleh Houthi.