Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

SBY Tebar Satire, Singgung Sejumlah Sahabat yang Melukai

Erfan Maaruf , Jurnalis-Kamis, 18 Maret 2021 |20:50 WIB
SBY Tebar Satire, Singgung Sejumlah Sahabat yang Melukai
Susilo Bambang Yudhoyono (Foto: Okezone)
A
A
A

Kuyakini inilah tuntunan yang kedua.

Aku makin khusuk dalam kontemplasi yang kulakukan, malam semakin larut berhenti berputar, desiran angin dan pepohonan di depan rumahku pun tak lagi ku dengar, aku bersyukur karena semua pertanyaan batin yang kusimpan dalam hati sanubariku satu sati telah mendapatkan jawabannya

Era ini adalah era politik pasca kebenaran artinya politik tanpa disertai kebenaran banyak fitnah, pembubuhan karakter, berita bohong serta muslihat dan tipu daya, banyak yang berduka dan menjadi korban.

Kadang uang dan kekuasaan menyatu menjelma menjadi kekuatan maha dahsyat yang bisa melindas dan menggila siapa saja, menghalalkan segala cara bukanlah sebuah aib dan pertanda matinya etika,

Di tengah suasana seperti itu, engkau dan para pemimpin partai yang saat ini tengah mencari keadilan mesti berbangga, karena kalian tak tergoda untuk mudah berburuk sangka, menuduh sembarangan, sifat yang tidak suzon adalah sifat yang terpuji.

Sebagian orang memang mengatakan bahwa jika kita hidup di zaman edan jangan bersikap dan bertindak waras karena pasti tidak mendapatkan apa-apa.

Namun jalan yang seperti itu bukan Yang kau pilih, akibatnya satu keniscayaan, partai yang kau sayangi sering terguncang dan tersandung itu konsekuensinya.

Namun jika itu yang kau pilih yakinkan semuanya kuat, tabah dan tegar baik lahir maupun batin, hidup tak seindah bulan purnama, hidup memerlukan kesabaran dan pengorbanan.

Inilah tuntunan ketiga yang aku yakini.

Renunganku makin dalam aku tak ingat lagi aku berada dalam dunia kalbu yang penuh keheningan itu, alam pun tak akan menemani dan ikut berempati.

Aku tahu ada kesalahan yang ada dalam pikiranmu, bagaimana jika hukum tidak berpihak kepada yang benar, bagaimana jika ada jarak yang menganga antara hukum dan keadilan, kau tidak berdosa jika mencemaskan itu, karena kau berpijak di alam nyata bukan dalam dunia legenda yang serba indah dan penuh pesona.

Namun, yakinlah bahwa di negeri ini masih banyak yang berhati mulia saudara-saudaramu di pinggir-pinggir kota dan di pelosok-pelosok desa juga ikut berempati dan berdoa. Ikut merasakan apa yang kau rasakan.

Percayalah bahwa para pemegang palu keadilan akan mendapatkan tuntunan tuhan untuk senantiasa bertindak adil dan benar.

Kembali kuyakini ini adalah tuntunan ke-empat. Ketika waktu telah bergeser perlahan menyambut datangnya fajar di dini hari, aku bagai mendapatkan isyarat bahwa hampir rampung jawabannya kumohonkan, jawaban terhadap istikharah yang aku lakukan.

Aku biasa memadukan antara oleh nalar intuisi, dan tuntunan yang mahakuasa. Terlalu sombong jika manusia merasa memiliki segalanya dan tak menyadari kelemahan dan kekurangannya.

Inilah bisikan kalbu terakhir atau yang kelima dalam renunganku di malam perenungan yang syahdu itu, kau harus bersyukur mengamini kata-katamu bahwa tak ada jalan yang lunak untuk meraih cita-cita yang besar, juga Tak ada yang serna mudah untuk mengatasi masalah yang berat,

Terhadap itu semua sejarah telah mencatat bahwa yang kau katakan itu juga telah kau jalankan dalam perjalanan hidupmu, saat ini kau juga telah melakukannya lagi, artinya kau bukan termasuk golongan yang mudah menyerah, semangat dan tekadmu tak mudah patah, ini modal penting bagi mu dan semua pemimpin partai dalam meraih sukses di hadapan.

Barangkali kau sering merasa lemah ketika menghadapi yang kuat, apalagi saat kuat, namun jangan lupa, jika Tuhan menakdirkan yang lemah lemah itu akan diangkat menjadi aku buat, sementara itu barang kau merasa sangat berat untuk mendapatkan kebenaran dan keadilan yang sejati, seolah jalan dihadapanmu tertutup buka ada jurang yang sangat dalam dan tebing tinggi man terjal. Namun percayalah, hukum kehidupan mengajarkan bahwa pada akhirnya kebenaran dan keadilan akan datang, datangnya mingkin lambat tapi pasti.

Di penghujung bisikan nurani itu aku, Aku menengadahkan tanganku seraya berucap terima kasih Tuhan, betapa tentram rasa hatiku ketika sang pencipta kini telah menguatkan hati dan pikiranku

Aku dilahirkan untuk mencintai kedamaian bukan pertentangan dan kekerasan namun, bagaimanapun aku lebih mencintai kebenaran dan keadilan jika kebenaran dan keadilan tegak damailah hati kita, damailah negara kita damailah dunia kita,

Ya Allah kabulkanlah permintaanku akan hadirnya kedamaian, kebenaran, dan keadilan di negeri tercinta ini, kepadamu aku berserah diri dan kepadaMu aku memohon pertolongan.

Cikeas, 15 Maret 2021

(Khafid Mardiyansyah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement