Pasukan gabungan itu ternyata masih kalah dengan Portugis yang memiliki lebih besar dengan peralatan perang yang lebih mutakhir. Dalam pertempuran di laut itu, armada Jepara mengalami kerugian besar. Tidak kurang dari 2.000 prajuritnya gugur, ditambah terjangan badai yang menghancurkan kapal-kapal kiriman Ratu Kalinyamat.
Tidak banyak yang berhasil selamat sampai kembali ke Jawa. Kendati nyaris gagal total di percobaan pertama, namun Ratu Kalinyamat belum menyerah. Ketika datang permintaan bantuan lagi dari tanah Melayu pada 1573, kali ini dari Kesultanan Aceh Darussalam yang merupakan tempat asal suaminya, sa Ratu kembali mengirimkan pasukan.
Armada tempur Jepara yang dikirim ke Malaka jauh lebih besar. Ratu Kalinyamat memerintahkan salah satu panglima perangnya, Ki Demang Laksamana, untuk memimpin 300 kapal dengan 15.000 orang tentara.
Tapi, perjalanan armada kedua ke Malaka ini penuh rintangan sehingga memakan waktu tempuh yang lebih lama dari yang diperkirakan. Ketika tiba di Semenanjung Melayu, pasukan Aceh Darussalam ternyata sudah dipukul mundur oleh Portugis
"Armada Jepara kiriman Ratu Kalinyamat pun menyerang Portugis tanpa bantuan. Hasilnya, 30 kapal Jepara hancur. Pihak Jepara mulai terdesak, namun menolak berdamai,"tutur Hadi.
Sebanyak 6 kapal perbekalan yang datang belakangan direbut Portugis. Kekuatan Jepara semakin lemah akhirnya memutuskan pulang.
"Dari jumlah awal yang dikirim Ratu Kalinyamat, hanya sekitar sepertiga saja yang bisa kembali ke Jawa,"ungkapnya.
Ratu Ratna Kencana meninggal tahun 1579 M., menguasai Japara 30 tahun lamanya. Pusaranya di desa Mantingan, berdampingan dengan makam suaminya, Sultan Hadirin.
Kelahiran Japara dinobatkan berbarengan dengan Ratna Kencana menjadi Ratu Japara, yang ditandai dengan Candra Sengkala: Trus Karya Tataning Bumi, 1549, pada tanggal 10 April.
(Fahmi Firdaus )