Ada satu persoalan yang melanda Singapura dan Taiwan: vaksin.
Taiwan saat ini tengah berupaya memproduksi dua vaksin lokal, yang dapat tersedia paling cepat akhir Juli ini.
Karena ada peningkatan kasus saat ini, membuat orang-orang di Taiwan sekarang berbondong-bondong demi mendapatkan vaksin. Satu-satunya masalah adalah stok vaksin itu tak cukup untuk dibagikan.
Taiwan hingga saat ini hanya menerima 300.000 vaksin - untuk populasinya yang mencapai 24 juta.
"Kami telah mencoba sebaik mungkin untuk mendatangkan vaksin dari perusahaan internasional, tetapi kami tidak mendapatkan dalam jumlah banyak.
"Satu-satunya cara untuk mempertahankan pasokan kami adalah dengan memproduksi sendiri, ini sangat penting bagi Taiwan," kata Dr Chen.
Taiwan saat ini tengah berupaya memproduksi dua vaksin lokal, yang dapat tersedia paling cepat akhir Juli ini.
Dan kisah serupa juga terjadi di Singapura.
Sekitar 30% warga telah menerima setidaknya satu dosis vaksin, menurut Our World in Data - tingkat vaksinasi tertinggi di Asia Tenggara.
Tetapi pasokan vaksin di negara itu dibatasi - meskipun pemerintah memperkirakan akan melakukan vaksinasi seluruh penduduknya pada akhir tahun ini.
"Pada akhirnya kami dibatasi oleh pasokan. Di negara-negara seperti Inggris, AS, China, mereka memiliki kemampuan untuk memproduksi vaksin sendiri," ujar Prof Teo.
"Kami mengantisipasi bahwa kebutuhan vaksin akan menjadi faktor jangka panjang, jadi itulah mengapa kami saat ini melangkah untuk meningkatkan kemampuan manufaktur kami sendiri. Kemudian kami tidak akan lagi bergantung,” ungkapnya.
Prof Teo menambahkan bahwa lonjakan di kedua negara tersebut merupakan pelajaran bagi negara-negara yang saat ini mungkin mengalami penurunan kasus.
"Ketika kita melihat negara-negara di Eropa, atau AS mulai melonggarkan tindakan, saya pikir mereka harus sangat berhati-hati dan melihat ke seluruh dunia untuk melihat apa yang terjadi," terangnya.
"Apa yang terjadi di Taiwan, Singapura, itu pertanda bahwa kita tidak boleh lengah,” ujarnya.
(Susi Susanti)