Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Pelukis Sudjojono Bertengkar dengan Bung Karno Gegara Basuki Abdullah

Solichan Arif , Jurnalis-Selasa, 19 Oktober 2021 |13:44 WIB
 Kisah Pelukis Sudjojono Bertengkar dengan Bung Karno Gegara Basuki Abdullah
Sudjojono (foto: istimewa)
A
A
A

JELANG akhir penjajahan Jepang, Bung Karno pernah berselisih hebat dengan pelukis Sindudarsono Sudjojono atau orang akrab mengenalnya, S Sudjojono. Pertengkaran kedua tokoh yang sama-sama enggan mengalah itu, gara-garanya pelukis Basuki Abdullah. Saat itu Soekarno masih bekerja di Pusat Tenaga Rakyat (Putera), organisasi bentukan Jepang. Berkedudukan sebagai pimpinan Putera bersama Bung Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan KH Mas Mansyur.

Rakyat menjuluki mereka sebagai Empat Serangkai. Sudjojono juga aktif di Putera, khusus menggawangi bidang kebudayaan. Bung Karno yang menggeret Sudjojono lantaran terpikat karya karikatur di Harian Pikiran Rakyat. Sudjojono sendiri memiliki rekam jejak berkesenian yang panjang. Pada tahun 1937, Sudjojono mendirikan Persatuan Ahli-Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Di dalamnya ada pelukis Ramli, Abdulsalam, Otto Djaja dan banyak lainnya.

Baca juga:  Heldy Djafar, Cinta Terakhir Bung Karno saat Senjakala Kekuasaan

Di sejarah seni rupa, para pelukis Persagi dianggap sebagai perintis seni rupa modern Indonesia. Aliran yang diusung perupa Persagi sekaligus menjadi antitesis dari aliran Mooi Indie. Di Putera, Sudjojono bekerja dengan pelukis Affandi, Dullah, Trubus, Handrio, Darso, Surono dan banyak pelukis lainnya. Dalam kisah "Sudjojono dan Aku" yang diceritakan Mia Bustam, para perupa itu kerap membuat jengkel kolonial Jepang.

Pernah suatu ketika Jepang memerintahkan perupa Abdusalam membuat poster propaganda menabung. Semua tahu propaganda hidup hemat yang ditujukan kepada rakyat tersebut bertujuan untuk membiayai perang Jepang. "Mas Salam dengan cerdiknya menciptakan semboyan "Moeda Menaboeng, Toea Beroentoeng". Dan itu slogan itu dibuatnya gambar yang sesuai," tulis Mia Bustam.

Baca juga:  Cahaya Misterius Melesat dari Pusara Makam Bung Karno Menuju Candi Penataran

Melihat hasilnya, Jepang merasa senang. Poster ditempel di mana-mana. Namun, dengan coretan arang, para perupa diam-diam menambahkan kata "saudara" di depan masing-masing kata "muda dan tua". Jadinya, "Saoedara Moeda Menaboeng, Saoedara Toea Beroentoeng". Jepang seketika marah besar. "Sambil memaki-maki "bakero-bakero", disuruhnya agar poster-poster itu dirobek semua," tutur Mia Bustam dalam "Sudjojono dan Aku".

Sudjojono yang selalu memanggil Bung Karno dengan kata "mas", memiliki kedekatan akrab dengan Bung Karno. Begitu juga dengan istri mereka. Fatmawati dan Mia Bustam, istri Sudjojono, bergaul dekat. Bung Karno pernah mengundang Sudjojono dan Mia yang masih pengantin baru untuk menginap di peristirahatannya di Puncak, Tugu, Bogor. Pesanggrahan Bung Karno merupakan bekas villa Profesor Reddingius.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement