JAKARTA - Tak mampu mengendalikan hawa nafsu serta dendam masa lalu menjadi latar belakang pelaku pelecehan seksual nekat berbuat tindakan asusila di tempat publik.
Disisi lain dengan dorongan faktor lingkungan dan masyarakat sekitar dan minimnya norma serta etika menjadi tambahan para pelaku berani melakukan tindakan ini.
Baca juga: Kriminolog: Korban Catcalling Harus Bikin Laporan ke Polisi agar Pelaku Jera
Psikolog Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) Surabaya, Bagys Ani Putra mengungkapkan dua faktor ini menjadi landasan umum para pelaku pelecehan seksual nekat melakukan hal demikian, salah satunya hawa nafsu.
"Setiap manusia memiliki libido atau hawa nafsu. Nah umumnya setiap pelaku pelecehan seksual karena mereka tak mampu mengendalikan hawa nafsu atau libidonya," kata Bagus.
Baca juga: Kekerasan Seksual Meningkat Tajam Selama Pandemi, Jumlahnya Mengkhawatirkan
Ia kemudian mencontohkan, sekalipun korbannya diketahui berpakaian serba tertutup. Namun karena kondisi hawa nafsu atau libidonya tengah menggebu gebu, pelaku ini akan nekat berbuat pelecehan.
Disisilain, sekalipun ada gadis maupun wanita berpakaian minim namun karena pria itu mampu mengendalikan hawa nafsunya. Maka aksi pelecehan seksual tidak terjadi. Untuk dua contoh diatas bisa dilihat dari mampunya masyarakat lokal terhadap kondisi di Bali.
"Jadi bisa dikatakan kembali ke diri masing masing. Hawa nafsu yang mampu mengendalikan diri hingga pria tak melakukan pelecehan seksual," katanya.