KLATEN – Bagi warga yang biasa melintasi jalan Klaten-Rawa Jombor, tentu sudah tidak asing dengan Omah Demit yang berdiri di atas bukit di Desa Krakitan, Bayat, Klaten, Jawa Tengah.
Keberadaan Omah Demit itu menjadi misteri. Pasalnya, walau tampak terlihat jelas dengan pandangan mata, tak ada warga yang bisa memasuki rumah peninggalan zaman kolonial Belanda itu.
Deretan bukit kapur kokoh berdiri di Dukuh Mojopereng, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat. Kawasan tersebut dipopulerkan dengan nama Bukit Patrum Photorium.
Diantara deretan bukit, ada salah satu bukit yang terpisah dengan ujung bukit terdapat rumah kecil. Sekeliling rumah ditumbuhi rumput serta tanaman. Tak ada jalan untuk menuju ke rumah itu. Rumah tersebut kerap dikenal dengan nama Omah Demit. Tak ada yang tinggal di rumah tersebut pun halnya dengan isi rumah kosong.
Keberadaan rumah yang kokoh berdiri sendiri di ujung bukit tersebut tak bisa terpisahkan dengan sejarah masa lalu kawasan perbukitan yang dikenal sebagai lokasi pertambangan kapur. Pertambangan itu aktif pada masa kolonial Belanda.
Bukit yang ada rumahnya tersebut pada masa lalu menyambung dengan perbukitan lainnya. Rumah itu menjadi salah satu tempat untuk menyimpan dinamit atau bahan peledak yang digunakan untuk memecah batu kapur. “Dinamit dimasukkan ke bukit kemudian pecah,” kata Kepala Desa Krakitan, Nurdin, Rabu (10/11/2021).
Sebagian pecahan batu kapur dibawa ke wilayah Gondang, Kecamatan Jogonalan untuk campuran bahan bakar pabrik gula. Sementara, sebagian lainnya diolah untuk campuran bahan bangunan. Selepas masa kolonial, kawasan perbukitan tersebut masih digunakan untuk kegiatan pertambangan kapur.