JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI Evita Nursanty mendukung pembentukan Holding Pariwisata dan Pendukung. Di mana, peluncurannya dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pantai Kuta Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, pekan lalu.
Dengan adanya pembentukan holding ini diharapkan mampu mendorong perbaikan kinerja anggota Holding Pariwisata dan Pendukung, makin banyaknya wisatawan yang berkunjung. Selain itu, menjadi lokomotif bagi bergeraknya roda ekonomi UMKM pariwisata yang sangat terpuruk selama pandemi Covid-19.
“Saya sangat mendukung pembentukan holding pariwisata dan pendukung ini, karena di satu sisi dia akan menjadi pendorong perbaikan kinerja anggota holding yang dulu jadi sorotan sehingga menjadi lebih sehat. Kita juga berharap holding ini akan mampu mendorong makin banyaknya wisatawan untuk berwisata,” ucap politisi PDI Perjuangan ini, di Jakarta melalui siaran pers, Kamis (20/1/2022).
Baca Juga: Indonesia-Kamboja Perkuat Kerja Sama Pariwisata, Fokus Bangkitkan Perekonomian Pasca-Pandemi
Evita menyebut dengan terintegrasinya BUMN pariwisata akan memacu InJourney Holding Pariwisata dan Pendukung memberikan layanan terbaik bagi wisatawan. Konsolidasi di antara anak usaha membangun layanan yang lebih lebih efisien dan kompetitif, yang pada ujungnya akan menguntungkan wisatawan, mendukung pembangunan destinasi wisata maupun pemasaran pariwisata.
“Seperti disampaikan Presiden Joko Widodo, kita harus memanfaatkan ini sebagai titik balik untuk melakukan sebuah lompatan, momentum untuk melakukan penataan, momentum untuk melakukan transformasi, membangun sebuah ekosistem yang lebih kuat dan tangguh. Secara khusus menurut saya adalah kepada BUMN yang bergabung itu supaya mereka sehat," ujarnya.
Baca Juga: Menteri Yasonna Bilang Pembatasan Wisatawan Tergantung Penyebaran Covid-19
Di InJourney Holding Pariwisata dan Pendukung terdapat entitas bisnis akomodasi, penerbangan, pemasaran, souvenir, dan atraksi. Publik berharap terbangunnya keterpaduan antarsektor dalam pengembangan pariwisata. Tidak ada lagi saling menyalahkan antara para stakeholder, misalnya penerbangan karena tidak mau mendukung promosi destinasi, atau pihak penerbangan mengeluhkan minimnya dukungan infrastruktur.