MALANG - Temuan Arca Agastya pada Situs Srigading peninggalan Kerajaan Mataram Kuno di Malang menguatkan bangunan candi itu seperti yang ada di Prasasti Linggasutan.
Sayang Arca Agastya ini patah di sisi tangan kanannya, bahkan di sisi tangan kiri yang membawa kendi juga patah. Patahan bagian arca berupa kendi ini belum ditemukan dan masih dalam tahap pencarian di proses ekskavasi atau penggalian tahap dua oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur.
Bangunan candi di situs yang berada di Dusun Manggis, Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang ini memang sudah berantakan. Bangunannya runtuh dengan sebaran batu bata di sekitarnya yang menyerupai gundukan tanah.
BACA JUGA:Tumbal Nyawa Mengiringi Pencurian Yoni Situs Srigading Peninggalan Mataram Kuno
Bukti runtuhnya candi juga terlihat pada sisi timur bangunan yang dilakukan ekskavasi sejak Senin lalu (21/2/2022). Batu bata yang ada patah menjadi dua, terdapat pula retakan - retakan di sisa bangunan yang bertahan.
Arkeolog BPCB Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho memang menduga ada faktor bencana alam berupa gempa bumi, yang membuat bangunan candi runtuh. Rintihan bangunan candi inilah yang akhirnya menimpa benda bersejarah seperti Arca Agastya yang akhirnya patah.
"Itu karena jatuh. Dugaan pertama, yang menguat adalah candi itu runtuh," kata Wicaksono Dwi, kepada Okezone ditemui di Situs Srigading Malang.
BACA JUGA:Raja Mataram Kuno Terpaksa Menghukum Mati Tim Suksesnya Akibat Terlibat Pemberontakan
Runtuhan candi banyak terjadi di bagian tubuh dan atap, dimana runtuhan ini menyebar ke semua sisi candi. Tak menutup kemungkinan runtuhan ini akhirnya yang menimpa arca yang biasanya ada di empat sisi candi.