Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Jenderal Kopassus Ini Diburu Pasukan Elite Paling Mematikan, Lolos dari Bidikan Sniper

Aulia Oktavia Rengganis , Jurnalis-Selasa, 22 Maret 2022 |07:15 WIB
Jenderal Kopassus Ini Diburu Pasukan Elite Paling Mematikan, Lolos dari Bidikan <i>Sniper</i>
Prajurit Kopassus. Foto: kopassus.mil.id
A
A
A

SALAH satu prajurit Komando Pasukan Khusus atau Kopassus, Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benny (LB) Moerdani dikenal memiliki sepak terjang di medan operasi yang tidak perlu diragukan lagi. Hampir setiap palagan penting di negeri ini didatangi oleh Benny Moerdani. Benny selalu berada di garis depan pertempuran sejak terjun ke dunia militer.

(Baca juga: Moment Mengharukan Jenderal Kopassus Bertemu Seniornya di Korps Baret Merah Doni Monardo)

Pertempuran yang pernah diikuti Benny diantaranya, penumpasan pemberontakan bersenjata PRRI/Permesta pada 1958, DI/TII, pembebasan sandera penumpang pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Thailand.

Dalam beberapa pertempuran, Benny nyaris tewas ditembak musuh. Namun, keberuntungan masih berpihak pada pria kelahiran Cepu, Blora 2 Oktober 1931 ini. Nyawa Benny Moerdani masih bisa selamat.

(Baca juga: Ketika Benny Moerdani Libatkan Ki Hadjar Dewantara untuk Membangun Sekolah Taruna)

Nama Benny Moerdani menjadi ikon dalam operasi pembebasan Irian Barat sekarang bernama Papua pada 1962. Termasuk juga saat Operasi Ganyang Malaysia pada 1965. Di kedua palagan ini, Benny harus berhadapan dengan pasukan elite Koninklijke Mariniers, pasukan khusus Belanda dan Special Air Service (SAS), Inggris yang merupakan pemenang Perang Dunia (PD) II.

Dikutip dari buku yang berjudul “Benny Moerdani yang Belum Terungkap” diceritakan perburuan terhadap Benny oleh pasukan elite Belanda Koninklijke Mariniers bermula ketika Benny yang saat itu berpangkat Kapten bersama prajurit RPKAD kini bernama Kopassus diterjunkan dalam Operasi Naga di Irian Barat.

Operasi Naga, merupakan operasi yang cukup berat karena harus menggagalkan rencana Belanda mendirikan “negara boneka” di Papua. Operasi ini menjadi strategi TNI untuk memecah konsentrasi pasukan Belanda yang jumlahnya mencapai 10.000 prajurit dan berpusat di Biak.

Tepat pukul 03.00 dini hari, 23 Juni 1962 sebanyak 213 prajurit Kopassus diterjunkan dari tiga pesawat C-130 Hercules di atas Merauke, Papua. Sayangnya, operasi tersebut bocor oleh siaran radio Australia. Hal ini membuat Operasi Naga tidak berjalan sesuai rencana. Pasukan Belanda yang mengetahui informasi tersebut kemudian melakukan pengadangan dan penyergapan terhadap Benny dan pasukannya.

Akibatnya, perjalanan pasukan Naga yang dipimpin Benny menuju pusat pertahanan Belanda di Merauke menemui banyak rintangan. Tidak hanya alam tapi juga harus bertempur dengan Marinir Belanda. Salah satunya, pertempuran yang terjadi pada 28 Juni 1962. Saat itu, dua perahu motor Marinir Belanda tiba-tiba menyerang pasukan Benny Moerdani yang sedang beristirahat di Sungai Kumbai. Pertempuran jarak dekat pun tak dapat dihindari.

Benny yang tidak menduga bakal mendapat serangan mendadak tersebut, langsung berlindung dan menginstruksikan anak buahnya untuk menyelamatkan diri. Dalam penyergapan tersebut, Jenderal Kopassus ini nyaris tewas karena topi rimbanya tertembak. Beruntung, nyawanya masih bisa selamat.

 Diburu Pasukan Elite SAS Inggris

Begitu juga saat terjadi konfrontasi militer Indonesia-Malaysia di pedalaman belantara hutan Kalimantan Utara pada 1964. Ketika itu Benny melakukan penyusupan jauh ke wilayah musuh. Sebuah misi operasi yang sangat berat dan penuh risiko di mana hidup dan mati menjadi pertaruhannya.

Dengan penuh keberanian, Benny bersama tim kecil RPKAD bergerak menyusuri hutan lebat dengan berjalan kaki selama berjam-jam. Tugas tersebut dilakukan guna membuka jalur bagi pasukan induk Angkatan Darat (AD) yang akan melakukan penyerbuan ke Malaysia. Selain menyusuri hutan lebat, Benny juga menyeberangi sungai dengan menggunakan perahu.

Benny sadar betul jika pasukan Inggris selalu waspada dengan berbagai penyusupan yang dilakukan bersama timnya. Benar saja, pasukan SAS yang terkenal kehebatannya dalam berbagai palagan pertempuran di PD II mencium penyusupan Benny.

Mereka yang sudah siap menunggu di seberang sungai dan berada di ketinggian tinggal menunggu waktu untuk memberondong Benny dan pasukannya.

Apalagi posisi Benny Moerdani berada di perahu paling depan sangat memudahkan bagi pasukan SAS untuk mengincarnya. Bahkan penembak jitu dan sniper pun sudah membidikan senjatanya ke arah Benny. Dari teropong sniper terlihat begitu jelas sosok Benny Moerdani.

Namun anehnya, pasukan SAS tak juga melepaskan tembakan. Mereka terdiam beberapa detik, hingga akhirnya Benny dan pasukannya berhasil lolos dari maut. Pasukan SAS pun kehilangan momentum untuk menghajar Benny dan pasukannya. Padahal, waktu itu pasukan SAS tinggal melepaskan tembakan. Mungkin jika saat itu pasukan SAS melepas tembakan, Benny Moerdani sudah tamat riwayatnya.

Setelah 12 tahun kejadian menegangkan itu, Benny akhirnya menemukan jawaban mengapa pasukan SAS tidak melepaskan tembakan. Tepatnya pada 1976, ketika Benny berkunjung ke Inggris tanpa diduga Benny bertemu dengan dua prajurit SAS yang dulu nyaris menewaskannya. Kedua prajurit tersebut masih mengingat wajah Benny.

Benny menuturkan, pada saat itu prajurit SAS harus menunggu kedatangan kapal perang Queen Elisabeth. Sebab, jika pada saat itu terjadi penembakan atas dirinya, maka kapal Queen Elisabeth bisa terganggu perjalannya. Ternyata, kapal Queen Elisabeth batal melintas.

Ia juga mengatakan kepada dua prajurit SAS tersebut, jika pada saat itu dirinya ditembak maka konfrontasi Indonesia-Malaysia akan semakin rumit.

”Jika jadi ditembak maka pasukan SAS Inggris telah berhasil menembak mati prajurit dengan pangkat tertinggi,” kata Benny.

(Fahmi Firdaus )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement