Pasukan Pengawal Raja yang bertahan di Singasari Selatan pun tercerai-berai sejak komandan mereka, Pangeran Ardaraja, membelot ke pasukan ayahnya yang menyerbu dari selatan.
Yang tersisa hanyalah Pangeran Wijaya beserta 600 pengawal raja yang masih bertempur di bagian Utara kota. Dengan sengitnya ia bertarung demi merebut kembali ibu kota. Tetapi, pasukan musuh yang jumlahnya lebih besar mengepung desa Kambang Sri dan memaksanya mundur ke seberang Sungai Brantas yang deras.
Di sanalah, ia mendapati dirinya dalam situasi bahaya, dengan jumlah pendukung yang tak seberapa. Sebagian besar pasukannya tenggelam, sebagian lagi tertangkap, dan sisanya yang berhasil menyeberangi sungai, yang kemudian mereka tercerai-berai. Akhirnya, ia berhasil mencapai Desa Kudadu dalam kondisi letih, lapar dan sedih.
Kepala desa menyambutnya dengan tulus, serta menyuguhkan makanan dan minuman. la pun memberikan tempat berlindung, menyembunyikan sang pangeran dari musuh yang tengah mencari-cari dirinya.
Karena tak melihat adanya harapan untuk menang kali ini, Pangeran Wijaya pun memutuskan kabur ke pulau terdekat, yaitu Madura. la berharap agar Bupati Madura, Arya Wiraraja, yang sulit ditebak jalan pikirannya itu, tetap setia kepada Kerajaan Singasari, walaupun sang raja telah gugur.
Sumber: Buku Gayatri Rajapatni: Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit karya Earl Drake
(Arief Setyadi )