Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Bikin Lelucon Tentang Sekolah Agama, Penyanyi Turki Ditangkap

Susi Susanti , Jurnalis-Sabtu, 27 Agustus 2022 |12:08 WIB
<i>Bikin</i> Lelucon Tentang Sekolah Agama, Penyanyi Turki Ditangkap
Penyanyi Turki ditangkap usai membuat lelucon tentang sekolah agama (Foto: Reuters)
A
A
A

TURKI - Penyanyi asal Turki Gulsen ditangkap dan dituduh menghasut kebencian atas lelucon yang dia buat tentang sekolah agama.

Pada April lalu, penyanyi itu bercanda bahwa salah satu anggota bandnya melakukan "penyimpangan" karena dia menghadiri salah satu sekolah agama.

Meskipun komentarnya sudah lama, namun lelucon ini menjadi viral secara online dan menuai kritik dari kalangan konservatif.

Sebelum penahanannya, Gulsen - yang dijuluki sebagai Madonna Turki - telah meminta maaf di media sosial dan meminta agara perkataannya ditangkap oleh mereka yang bertujuan untuk "mempolarisasi masyarakat".

 Baca juga: PBB: Dunia Maya dan Medsos Perburuk Dampak Ujaran Kebencian

Menulis di Twitter dan Instagram, penyanyi itu mengatakan bahwa ketika dia "membela kebebasan berekspresi" dengan "lelucon di antara rekan kerja", dia meminta maaf "kepada semua orang yang tersinggung".

Baca juga:  Edy Mulyadi Langsung Ditahan Usai Jadi Tersangka Ujaran Kebencian

Dia ditahan sambil menunggu persidangan.

Penyanyi bernama lengkap Gulsen Colakoglu ini sebelumnya dikritik oleh elemen konservatif masyarakat Turki atas pakaiannya dan dukungannya terhadap hak-hak LGBT.

Penangkapan pria berusia 46 tahun itu telah memecah belah masyarakat di Turki. Pendukung konservatif dan pro-pemerintah secara luas menggambarkan pernyataannya sebagai "kurang ajar", sementara suara-suara yang lebih liberal dan pro-oposisi mengkritik penangkapannya sebagai tidak proporsional dan reaksioner.

Langkah ini juga dilakukan di tengah diskusi yang sedang berlangsung seputar dugaan "intervensi ke dalam gaya hidup" AKP, di samping larangan baru-baru ini terhadap sejumlah festival musik di negara tersebut.

Banyak pengguna Twitter mengutuk penangkapan Gulsen, dengan beberapa kontras dengan kurangnya tindakan hukum terhadap seorang teolog yang baru-baru ini menyarankan untuk membunuh mereka yang tidak melakukan salat.

Harun Tekin, vokalis band rock populer Mor ve Otesi, mengatakan seorang artis wanita ditangkap "karena tidak berpakaian dan berbicara seperti yang dipaksakan [pemerintah]".

Lalu pengacara Feyza Altun mengatakan keputusan itu "tidak memiliki alasan hukum" dan berpendapat bahwa Gulsen ditangkap karena pakaian panggungnya, kepercayaannya, "sikap menantang" dan dukungannya untuk orang-orang LGBT.

Meski beberapa orang mengkritik pernyataan Gulsen, namun mereka berpendapat bahwa penangkapannya adalah langkah yang terlalu jauh.

"Saya juga lulusan sekolah menengah agama," kata jurnalis oposisi konservatif Nihal Bengisu Karaca.

"Saya juga terluka oleh penghinaan Gulsen,” lanjutnya.

"Saya menunjukkan reaksi saya dengan menulis artikel ... Tapi mengapa Gulsen ditangkap? Apa tujuannya di sini?,” tambahnya.

Namun, orang lain di media sosial memuji penangkapan itu karena "memberikan contoh yang baik tentang apa yang akan terjadi pada mereka yang melewati batas".

"Menyebut seseorang dari sekolah, klub sepak bola, atau etnis sebagai 'cabul' adalah kejahatan rasial," kata kolumnis Fuat Ugur.

Sementara itu, surat kabar pro-pemerintah Yeni Safak memuat tajuk utama dengan judul "Badut itu melewati batas."

Terkait hal ini, para kritikus mengatakan penangkapan itu merupakan upaya Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk mengkonsolidasikan dukungan menjelang pemilihan tahun depan.

Seperti diketahui, Presiden Erdogan, yang Partai AK-nya pertama kali berkuasa sekitar 20 tahun lalu, belajar di salah satu sekolah agama Imam Hatip pertama di negara itu yang didirikan oleh negara untuk mendidik para pemuda menjadi imam dan khatib. Banyak orang lain di pemerintahan juga masuk ke sekolah tersebut.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement