Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sejarah Kelam G30S yang Memisahkan Jurnalis Francisca Fanggidaej dan 7 Anaknya Selama 38 Tahun

Tim Okezone , Jurnalis-Selasa, 27 September 2022 |05:00 WIB
Sejarah Kelam G30S yang Memisahkan Jurnalis Francisca Fanggidaej dan 7 Anaknya Selama 38 Tahun
Ilustrasi/ Foto: Tangkapan layar BBC
A
A
A

Belakangan Francisca tidak bisa pulang ke Indonesia setelah paspornya dicabut oleh rezim Soeharto, karena dikaitkan dengan peristiwa G30S.

Dia terpisah dengan suami dan anak-anaknya dan harus menunggu lebih dari 35 tahun untuk berkumpul kembali.

'Saya selalu berdoa, kapan saya bisa bertemu ibu'

Seperti penangkapan ayahnya yang menimbulkan pertanyaan tak terjawab oleh anak-anaknya, keberadaan sang ibu yang tanpa kabar sama-sekali, membuat anak-anaknya menderita selama bertahun-tahun.

"Setiap kali ada persekutuan doa, yang selalu saya doakan adalah ibu saya," ungkap Santi yang mulai aktif di gereja ketika beranjak remaja.

"Karena terus terang, saya sedih kalau mengingat ini," suara Santi bergetar, lalu seperti menahan tangis. "Saya selalu berdoa, kapan saya bisa bertemu ibu saya dan keadaannya seperti apa."

"Dan sedihnya saya melihat kok bapak saya seperti ini [dipenjara tanpa diadili] ya," ujarnya. Ayahnya dipenjara selama 12 tahun dan baru menghirup udara bebas pada 1978.

Anak bungsu, Mayanti Trikarini — kelahiran 1962 — sulit melupakan momen-momen ketika dia mulai memahami bahwa ibu kandungnya tidak diketahui keberadaannya.

"Waktu itu beritanya, masih simpang siur. Ada yang mengatakan (ibu) meninggal, atau apalah."

"Jadi kita juga bertanya, 'Mama mana'? 'Kayaknya meninggal'. Berpikir negatif semua, karena tidak ada berita sama-sekali. Tidak ada kabar mengenai mama," ungkap Maya.

Usai ayahnya diciduk tentara di pagi bulan Oktober 1965 itu, tujuh anak itu kemudian diselamatkan oleh keluarga dekat ibunya, tapi stigma terkait ayah dan ibunya tidak otomatis sirna.

Adapun rumah yang dibangun dari tabungan gaji Francisca sebagai anggota DPR itu disita dan isinya dijarah. Tujuh anak itu berhasil diselamatkan hanya dengan pakaian yang menempel di badan.

'Sangat membekas sekali, saya diteriaki 'anaknya PKI'

Dalam atmosfir propaganda Orde Baru, tujuh bocah itu, dititipkan kepada beberapa keluarga dekat ibunya, tumbuh besar dalam stigma terkait latar belakang politik ibunya.

Salah-seorang anaknya, Nusa Eka Indriya, berusia sembilan tahun saat mereka diusir dari rumahnya tidak lama setelah G30S 1965, berulang-ulang menerima stigma dari sebagian masyarakat.

"Setiap saya cerita masa lalu itu, aduh, saya berharap jangan ada lagi peristiwa itu. Biar kita saja," ungkap Nusa saat dihubungi BBC News Indonesia, pertengahan September lalu.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement