JAKARTA – Silsilah Sunan Kudus, sejarah dan cara dakwahnya akan dibahas lebih jauh dalam artikel ini. Sunan Kudus atau Raden Ja’far Shadiq adalah salah satu penyebar agama Islam di Indonesia yang tergabung dalam walisongo. Sunan Kudus juga dikenal sebagai wali dengan sikap toleransinya yang tinggi.
Dilansir beragam sumber, Senin (3/10/2022) Sunan Kudus lahir pada tanggal 9 September 1400 M. Nama asli Sunan Kudus adalah Ja’far Shadiq. Ia adalah putra dari pasangan Raden Utsman Haji alias Sunan Ngudung di Jipang Panolan dengan Syarifah Dewi Rahil binti Sunan Bonang.
(Baca juga: Uniknya Cara Sunan Kudus Sebarkan Islam, Beli Sapi Diikat Depan Rumah)
Silsilah
Sunan Kudus memiliki nama asli dan lengkap, Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan. Nama Ja’far Shadiq diambil dari nama datuknya yaitu Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib yang beristerikan Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw.
Menurut Agus Sunyoto budayawan Nahdlatul Ulama’ (NU), dalam karyanya Atlas Walisongo (2017) dengan mengutip Babad Tanah Jawi dan Naskah Derajad menjelaskan bahwa Raden Ja’far Shodiq (Sunan Kudus) merupakan putra dari Sunan Ngudung atau Usman Haji dan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel
Raden Usman Haji sendiri merupakan putra dari Ali Murtadho kakak dari Sunan Ampel. Kemudian Sunan Ampel dan Ali Murtadho (kakek Sunan Kudus) merupakan putra dari Syaikh Ibrahim Samarkand, seorang ulama’ dari Asia Tengah yang menikah dengan putri kerajaan Champa, Vietnam.
Ketika Syaikh Ibrahim Samarkandi pergi ke tanah Jawa untuk menyebarkan agama Islam, kedua anaknya (Sunan Ampel dan Ali Murtadho) tersebut dibawa. Kedua putranya tersebut juga menyebarkan ajaran Islam, Sunan Ampel menjadi wali besar dan Ali Murtadho juga melahirkan keturunan seorang ulama besar’ bernama Usman Haji, yang kemudian melahirkan putra bernama Sunan Kudus.
Sejarah
Dalam beberapa sumber babad tanah Jawa dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII karya Imam Subchi, (2007: 48) dijelaskan bahwa Sunan Ngudung yang merupakan ayah dari Sunan Kudus pernah menjadi pemimpin dari pasukan Majapahit. Sebenarnya tidak ada bukti otentik kapan dan tahun berapa Sunan Kudus tiba di Kudus. Waktu beliau menginjakkan kakinya di tanah Kudus, daerah ini bernama Tajug.
Kyai Telingsing adalah orang yang pertama kali mengembangkan Kota Tajug, nama kyai Telingsing sendiri adalah Ling Sing, yang merupakan salah satu ulama dari negeri Cina yang datang ke Jawa bersama dengan Laksamana Cheng Hoo.
Banyak yang berguru dengan kyai Telingsing termasuk Sunan Kudus, pengaruh kyai Telingsing terlihat pada gaya dakwah dari Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam. Dimana dalam berdakwah Sunan Kudus menghargai adat dan tradisi masyarakat setempat dan memperbaikinya secara perlahan-lahan agar tidak terjadi penolakan di kalangan masyarakat.
Salah satu yang terlihat jelas dan masih ada sampai sekarang adalah bentuk masjid yang dibuat oleh Sunan Kudus biasanya tidak jauh berbeda dengan candi-candi milik orang Hindu. Salah satunya di menara Kudus yang antik, yang hingga sekarang masih kokoh berdiri dan dikagumi oleh dunia karena keanehannya.
Dengan bentuknya yang mirip candi orang-orang Hindu merasa akrab dan tidak takut atau segan untuk masuk ke dalam masjid guna mendengarkan ceramah dari Sunan Kudus.