Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Polri Bilang Gas Air Mata Tak Mematikan, Aremania Sebut Itu Awal Mula Petaka!

Avirista Midaada , Jurnalis-Selasa, 11 Oktober 2022 |16:48 WIB
Polri Bilang Gas Air Mata Tak Mematikan, Aremania Sebut Itu Awal Mula Petaka!
Ilustrasi (Foto : Antara)
A
A
A

MALANG - Aremania mengkritik pernyataan Kadiv Humas Mabes Polri terkait penggunaan gas air mata yang tak membahayakan dan membuat nyawa melayang. Menurutnya, pernyataan itu menjadi tak berdasar dan dianggap membuat Aremania meradang.

Raffi Maulana Ultras, perwakilan Aremania mempertanyakan, jika tewasnya ratusan Aremania itu apakah bukan karena tembakan gas air mata. Pasalnya gas air mata menjadi awal mula petaka kepanikan Aremania di dalam tribun yang membuat mereka berdesak-desakan mencari keluar, hingga terjadi korban.

"Dibayangkan saja, beberapa saudara-saudara kami yang khawatir, atau panik dengan kepanikan saling ingin menyelamatkan diri. Masih dalam kondisi di lorong juga ditembakkan gas air mata, dalam keadaan perih sesak napas apakah itu tidak menjadikan penyebab kematiannya juga?" kata Raffi, ditemui di Gedung KNPI Kota Malang, pada Selasa siang (11/10/2022).

Bahkan Raffi menantang kepolisian agar mencobanya jika memang dianggap gas air mata tidak membahayakan. "Kalau memang kondisinya gas air mata tidak mematikan ya monggo dicoba di dalam keadaan yang sama," tegas dia.

Masih kata Raffi Ultras, jika penembakan gas air mata di 'dalam ruangan' tertutup tanpa ada ruang untuk bergerak maka bisa dipastikan akan mati makhluk hidup tersebut. "Dalam ruangan tertutup, diberikan gas air mata, tanpa ada ruang untuk bergerak pastinya mati juga," ujarnya.

Sementara itu, Dadang holopes selaku Tim pendataan korban tragedi Kanjuruhan mengatakan jika hingga detik ini kurang lebih ada 80 pelapor yang merupakan korban tragedi Kanjuruhan ke posko gabungan Aremania di KNPI.

"Di kita yang meninggal yang meninggal kita cek kebenarannya 131. Sedangkan korban yang melapor ke posko kami di KNPI kurang lebih 80 orang," kata Dadang Holopes.

Rata-rata Pelaporan korban tragedi Kanjuruhan mengeluh sesak napas, dada sakit dan tenggorokan masih terasa perih.

"Kebanyakan seperti sesak napas, di dadanya sakit, sesak buat napas ini tenggorokannya masih berasa perih," tukasnya.

Sebelumnya diberitakan, kerusuhan pecah setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, pada Sabtu malam 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan Malang. Pertandingan sendiri dimenangkan tim tamu Persebaya dengan skor 2 - 3. Para suporter merangsak masuk ke lapangan dan menyerbu pemain. Banyak orang meninggal dunia karena tembakan gas air mata ke tribun, hingga membuat panik ribuan suporter dan terjadilah desak-desakan.

Akibat kejadian setidaknya ada 131 orang dikonfirmasi meninggal dunia dan 550 orang luka-luka. Para korban ini tersebar di 24 rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Kota Malang dan Kabupaten Malang.

Para korban mayoritas berdesakan meninggalkan stadion karena semprotan gas air mata polisi ke arah tribun penonton. Akibat para penonton mengalami sesak napas dan terjadi penumpukan hingga insiden terinjak-injak di pintu keluar stadion.

Pasca kejadian ini, tim investigasi bentukan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit menetapkan enam tersangka, yakni Direktur Utama (Dirut) PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku penanggungjawab kompetisi, Ketua Panpel Arema Abdul Harris, Sekuriti Officer Suko Sutrisno.

Sedangkan tiga tersangka lain yakni Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto, Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidiq Achmadi, dan Komandan Kompi (Danki) 3 Brimob Polda Jawa Timur AKP Hasdarmawan.

(Angkasa Yudhistira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement