JAKARTA - Muhammadiyah memberikan pelayanan pendidikan, seperti membangun Universitas, TK Bustanul Athfal di luar negeri. Terdapat tiga pertimbangan ekspansi pendidikan Muhammadiyah ke luar negeri.
Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengatakan pertama jika dilihat secara internal, pendirian beserta pengembangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan pemimpin cabang istimewa di luar negeri adalah pelaksanaan dari keputusan muktamar.
"Setelah Muktamar Yogyakarta tahun 2010, Muhammadiyah berusaha untuk melakukan perluasan gerakan yang kita sebut Internasionalisasi Muhammadiyah," ungkap Abdul Mu’ti dalam program Special Dialogue Okezone bertemakan "Muhammadiyah Say No to Money Politic Jelang Muktamar".
Secara teologis, hal ini berkaitan sesuai dengan nama Muhammadiyah, yaitu pengikut dan pelanjut dakwah Islam yang dibawa oleh Muhammad Saw. Al-Qur'an yang diwahyukan oleh Allah Swt. juga membuat gerakan Muhammadiyah sebagai usaha untuk meneguhkan komitmen mereka.
Kemudian, ada alasan yang mungkin bersifat politis. “Ketika kita melihat, bahwa wajah Islam dalam dunia Internasional mengalami pencitraan yang saya boleh mengatakan sangat buruk. Terutama setelah 9/11 di mana Islam diidentikkan dengan terorisme, radikalisme, keterbelakangan, dan berbagai tindakan kekerasan,” ungkapnya.
Kemudian, ada pula pemahaman publik yang seakan-akan Islam itu selalu berkaitan dengan Arab dan Timur Tengah. Bahkan, mungkin dari negara-negara di Asia Selatan.
“Jika dilihat secara statistik, jumlah umat Islam yang banyak ada di Indonesia. Bahkan, di Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, Filipina, dan lainnya itu jumlah Islam digabungkan akan menjadi yang terbesar di dunia dibandingkan kawasan lainnya,” jelas Abdul Mu’ti.
(Khafid Mardiyansyah)