Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Homo Erectus di Jawa Bertahan Hidup Paling Lama di Dunia, Apa Penyebabnya?

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Rabu, 02 November 2022 |05:08 WIB
Homo Erectus di Jawa Bertahan Hidup Paling Lama di Dunia, Apa Penyebabnya?
Rekonstruksi rupa Homo erectus. (Foto: Science Photo Library)
A
A
A

Sebelumnya, anggota tim Frank Huffman, dari University of Texas di Austin, telah melacak apa yang diteliti para peneliti Belanda, yang menemukan jasad Homo erectus pada 1930-an.

Sejumlah kerabat peneliti Belanda memberinya foto-foto penggalian, peta, dan buku catatan asli.

Huffman mampu mengatasi banyak ketidakpastian yang menghambat upaya sebelumnya untuk mempelajari situs itu.

"Dia memberi tahu kami di mana tempat untuk menggali," kata Ciochon tentang peneliti Universitas Texas itu.

Ciochon dan rekan-rekannya menggali bagian yang tidak tersentuh oleh tim peneliti Belanda pada 1930-an.

Berdasarkan catatan-catatan penggalian asli, tim tersebut dapat mengidentifikasi endapan kerikil - atau lapisan tulang - dari mana fosil Homo erectus berasal, dan mempelajari usia fosil.

Di pulau-pulau lain di Asia Tenggara, Homo erectus tampaknya telah berevolusi menjadi lebih kecil, seperti Homo floresiensis - "Hobbit" - di Flores, dan Homo luzonensis di Filipina.

Ini mungkin terjadi karena terbatasnya sumber makanan di pulau-pulau itu. Tetapi di Jawa, tampaknya ada cukup makanan, sehingga memungkinkan Homo erectus mempertahankan ukuran tubuh aslinya.

Spesimen di Dusun Ngandong tampaknya memiliki tinggi antara 1,5 hingga 1,8 meter — serupa dengan spesies manusia purba dari Afrika dan tempat lain di Eurasia.

Temuan ini menggarisbawahi pergeseran teori selama beberapa dekade terakhir.

Khalayak dulu menganggap evolusi manusia sebagai suatu perkembangan, dengan garis lurus imajiner dari kera mengarah ke bentuk manusia modern.

Ini diwujudkan dalam ilustrasi yang disebut March of Progress di mana makhluk bungkuk perlahan-lahan berubah menjadi Homo sapiens, sebagai puncak evolusi.

Namun, belakangan ini, kita dapat melihat bahwa segalanya jauh lebih berantakan.

Studi terbaru menyoroti kebenaran yang mengejutkan: bahwa masa keberadaan dari spesies manusia purba saling tumpang tindih satu sama lain, dalam beberapa kasus selama ratusan ribu tahun.

Tetapi mengapa Homo erectus bertahan sangat lama di Jawa?

Di Afrika, spesies itu mungkin hilang 500.000 tahun yang lalu; di China menghilang sekitar 400.000 tahun yang lalu.

Russell Ciochon menduga Homo erectus mungkin tidak mampu berkompetisi dengan spesies manusia lain. Tetapi di Jawa, mereka mungkin berkembang karena terisolasi.

Namun, hasil penelitan menunjukkan fosil berasal dari periode ketika kondisi lingkungan di Jawa berubah.

Apa yang dulunya hutan terbuka berubah menjadi hutan hujan.

Ciochon berpikir ini bisa menandai titik pasti kepunahan Homo erectus di pulau itu.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement