JAKARTA- Mengapa Amerika boleh punya senjata nuklir dan negara yang lain dianggap melanggar jika mengembangkan nuklir menarik diulas. Nuklir adalah senjata paling berbahaya di bumi.
Penggunaan nuklir dapat menghancurkan seluruh kota, berpotensi membunuh jutaan orang, membahayakan lingkungan alam serta kehidupan generasi mendatang melalui efek bencana jangka panjangnya.
Negara memiliki nuklir tampaknya berencana mempertahankan persenjataan besar untuk masa depan yang tidak terbatas. Dengan demikian, mereka bertentangan dengan tujuan dan semangat perjanjian non-proliferasi nuklir.
Semua negara terus memodernisasi kekuatan nuklir mereka dengan kecepatan signifikan. Beberapa menambahkan tipe baru atau meningkatkan peran penggunaan nuklir dalam strategi nasional dan pernyataan publik.
Follow Berita Okezone di Google News
Alasan itu membuat Amerika boleh punya senjata nuklir dan negara yang lain dianggap melanggar jika mengembangkan nuklir. Sebab, Bahaya dari senjata semacam itu muncul dari keberadaannya.
Meskipun senjata nuklir hanya digunakan dua kali dalam peperanga dalam pengeboman Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Namun jumlah nuklir 13.400 dilaporkan masih ada di dunia saat ini dan telah dilakukan lebih dari 2.000 uji coba.
Padahal, sebagian besar negara bersenjata nuklir pada dasarnya tidak memberikan informasi tentang ukuran cadangan nuklir mereka. Namun tingkat kerahasiaan sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain. Antara 2010 dan 2018, Amerika Serikat mengungkapkan jumlah persediaan totalnya.
Saat ini , Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa mendukung upaya yang ditujukan untuk penghapusan total senjata nuklir di seluruh dunia termasuk Amerika. Sebab melanggar hukum internasional dan menyebabkan kerusakan lingkungan parah, merusak keamanan nasional hingga global. Serta mengalihkan sumber daya publik yang sangat besar dari pemenuhan kebutuhan manusia. Mereka harus segera disingkirkan.
 (RIN)
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
