Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Duh, Jawa Barat Jadi Provinsi dengan Frekuensi Bencana Paling Tinggi di Indonesia

Binti Mufarida , Jurnalis-Selasa, 20 Desember 2022 |07:26 WIB
Duh, Jawa Barat Jadi Provinsi dengan Frekuensi Bencana Paling Tinggi di Indonesia
Ilustrasi/ Doc: BNPB
A
A
A

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan Jawa Barat menjadi provinsi dengan frekuensi atau jumlah kejadian bencana paling tinggi di Indonesia.

“Sampai saat ini 19 Desember secara keseluruhan nasional, Provinsi Jawa Barat adalah Provinsi dengan frekuensi atau jumlah kejadian bencana paling tinggi di Indonesia,” ungkap Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dikutip dari Youtube resmi BNPB, Selasa (20/12/2022).

Aam saapaan akrabnya mengatakan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan populasi paling padat di Indonesia dan tentu saja peningkatan populasi penduduk ini memberikan tekanan pada ekosistem memberikan tekanan kepada lingkungan.

“Sehingga kita sering melihat jika kita berjalan ke Garut ke Sukabumi, daerah-daerah punggungan yang seharusnya kita tanami dengan vegetasi sekarang sudah beralih menjadi pemukiman, Kompleks kompleks perumahan, yang kemudian mengurangi kemampuan dari daerah ini secara utuh satu DAS ini untuk bisa menyerap air dan mengoptimalkan atau mengurangi penyebab banjir atau penyebab tanah longsor,” kata Aam.

Oleh karena itu, kata Aam, hal ini yang harus menjadi perhatian bersama, terutama harus benar-benar melihat laju perubahan tata guna lahan dari tahun ke tahun itu seperti apa. “Karena tidak hanya dari tataran provinsi tataran Kabupaten kota pun ada sekitar 5 kabupaten kota di Jawa Barat yang selalu menduduki (teratas),” katanya.

Sementara itu, Aam mengatakan wilayah Jawa Barat yang saat ini dengan catatan paling tinggi kejadian bencananya misalnya Kabupaten Bogor.

“Dan ini bukan tahun ini saja mungkin sudah 5 tahun terakhir Kabupaten Bogor merupakan kabupaten dgn frekuensi kejadian bencana paling tinggi di-indonesia kemudian Garut Sukabumi Ciamis dan seterusnya,” kata Aam.

“Nah ini mungkin yang sekali lagi kita tidak bosan-bosannya mengingatkan bahwa ketika berbicara bencana hidrometeorologi basah maka peran kita dalam memberikan tekanan pada ekosistem peran kita dalam memberikan lingkungan itu sangat dominan dalam menentukan kerentanan daerah tersebut mengalami bencana hidrometeorologi basah,” tandasnya.

(Nanda Aria)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement