Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Lapangan Bubat, Lokasi Perang Pasukan Sunda Melawan Majapahit

Avirista Midaada , Jurnalis-Kamis, 12 Januari 2023 |12:28 WIB
 Lapangan Bubat, Lokasi Perang Pasukan Sunda Melawan Majapahit
Peperangan pada zaman majapahit (foto: dok wikipedia)
A
A
A

KOMPLEKS permukiman di era Kerajaan Majapahit ditata sedemikian rupa. Bahkan ibu kota Kerajaan Majapahit ditata sedemikian rupa, termasuk permukiman dan lapangan Bubat yang legendaris dimana peperangan pasukan Jawa dan Sunda terjadi.

Lantas di mana lokasinya, terlebih dahulu kita membahas bagaimana Majapahit menata permukiman - permukiman itu berdasarkan matapencaharian warganya kala itu. Salah satu yang dikelompokkan Majapahit yakni adanya Desa Kemasan.

Konon desa ini berada di sebelah barat Desa Nglinguk. Tak jauh dari Desa Kedaton yang sempat didirikan pendapa agung sebagaimana dinukil dari "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit", dari Prof. Slamet Muljana. Di sebelah utara Nglinguk terdapat Segaran yang berarti laut tiruan. Jadi tempat itu semula ialah semacam kolam renang, luasnya 6 x 6 meter. Di sebelah utara Segaran terdapat Taman Makam Trawulan.

 BACA JUGA:Kecerdikan Gajah Mada Buat Ra Kuti Jadi Raja Majapahit Beberapa Hari

Menurut Nagarakretagama Taman Makam Trawulan ialah Taman Makam Raja Majapahit yang tertua. Mungkin sekali di situ dimakamkan jenazah Kertarajasa Jayawardhana atau Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, yang katanya dimakamkan di Antahpura.

Sementara di sebelah utara Kota Majapahit sebagaimana tercantum pada Nagarakretagama pupuh LXXXVI terdapat lapangan Bubat yang menjadi lokasi peperangan Bubat antara pasukan Majapahit dan Kerajaan Sunda pada 1357.

Namun untuk masyarakat Majapahit lapangan Bubat itu mempunyai arti penting karena di tempat itu setiap tahun pada bulan caitra diadakan perayaan besar oleh Sang Prabu. Lapangan Bubat membentang ke arah timur sejauh setengah krosa, sampai jalan raya; dan ke arah utara setengah krosa sampai tepi sungai, dikelilingi perumahan para pegawai. Lapangan Bubat menghadap ke barat.

 BACA JUGA:Kecantikan Putri Sunda Bikin 2 Petinggi Kerajaan Majapahit Selisih Pendapat

Keraton Majapahit menghadap ke arah barat, dikelilingi benteng dari batu merah tebal lagi tinggi. Menurut Ma Huan tinggi benteng itu sekitar tiga puluh kaki atau sepuluh meter. Lebarnya lebih daripada 30 atau 40 puluh meter.

Di muka benteng ada lapangan sangat luas, dikelilingi parit berisi air, antara parit dan benteng ada jalan yang mengelilingi keraton. Pintu di sebelah barat bernama Pura Waktra yang artinya pintu muka. Dari pintu muka itu ada jalan lurus ke timur sampai benteng di sebelah timur, membelah alun-alun menjadi dua.

Di sebelah utara ada lagi gapura dengan pintu besi penuh berukir untuk masuk ke kraton. Dari pintu utara terbentang jalan ke selatan sampai benteng sebelah selatan. Jalan dari pintu utara bertemu dengan jalan dari pintu barat tepat di tengah-tengah kompleks kraton. Pertemuan dua jalan itu disebut jalan perempat (jalan prapatan).

Masuk dari pintu utara mengikuti jalan ke arah selatan, di sebelah kanan jalan ialah alun-alun, di sebelah kiri jalan ialah bangunan-bangunan kenegaraan dalam kompleks kraton. Dari prapatan ke arah timur di kanan-kiri jalan ialah bangunan- bangunan tempat kediaman, ditanami pohon tanjung. Di tepi aniang benteng berjajar pohon brahmastana.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement