JAKARTA – KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah seorang ulama, cendekiawan, dan negarawan yang dikenal memiliki segudang humor yang kerap membuat orang-orang tertawa. Selain semua peran tersebut, ternyata, Gus Dur juga adalah seorang pendidik.
Dikutip dari NU Online, Gus Dur pernah menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi Indonesia yang mengajar mata kuliah Islam Kontemporer. Dosen senior UIN Bandung Aam Abdillah mengaku pernah menjadi mahasiswa yang diajar oleh Gus Dur.
Mengenag cara Gus Dur mengajar, Aam menceritakan ketika dia mewakili teman-temannya mendatangi kediaman sang kiai ketika tiba waktu ujian.
“Gus, sudah waktunya ujian, kami mau minta soal,” kata Aam.
“Sudahlah, kalian buat saja karya mandiri,” jawab Gus Dur singkat.
Jawaban Gus Dur itu disampaikan Aam kepada teman-temannya. Tanpa banyak tanya, mereka langsung mengerjakan karya tulis sebagaimana arahan Gus Dur dan langsung mengumpulkannya.
Aam lagi-lagi kebagian tugas mengantarkan tugas akhir kuliah itu ke rumah Gus Dur.
“Gus, ini kawan-kawan sudah selesai mengerjakan tugas. Sekarang mau minta nilai,” ujarnya.
“Isi saja sendiri, nanti saya tanda tangan,” jawab Gus Dur.
“Maksudnya, Gus?,” tanya Aam lagi.
“Iya, kalian isi saja sendiri nilainya,” terang Gus Dur.
“Waduh,” kata Aam spontan.
Aam pun kembali menemui teman-teman sekelasnya sambil membawa lembar penilaian. Pertama-tama dia datangi Fachry Ali yang dianggap paling pintar di kelas.
“Fachry, kamu mau nulis nilai apa?
“Aku B saja,” jawab Facry Ali datar.
Lalu Aam menemui Iqbal Saimima yang juga dikenal pandai. Sama seperti Fachry, Iqbal pun memilih nilai B.
Karena dua jagoan di kelasnya memilih nilai B, maka kawan-kawan sekelasnya, termasuk dirinya, kompak memilih nilai C. Setelah semua mengisi nilai, Gus Dur tanpa memeriksa lagi langsung tanda tangan.
“Lha Fachry Ali saja milih B, masak saya pilih A,” kenang Aam.
“Saya terpaksa deh pilih nilai C,” lanjutnya.
Bagi Aam, pengalaman tersebut begitu mengesankan. Menurut dia, kewibawaan seorang Gus Dur, mungkin juga karena kesungguhan dan keikhlasannya dalam mengajar, menempa mahasiswa didiknya untuk jujur pada kemampuan diri sendiri.
“Saya pernah mencoba hal yang sama ke mahasiswa saya, tapi gagal. Mereka ngisi A semua,” ujar Aam sambil tertawa.
(Rahman Asmardika)