CHINA - Masalah asal usul covid-19 masih menjadi misteri. Berbagai teori dan tuduhan menghiasi perdebatan tersebut. Otoritas China kini dituduh menghapus data terkait covid-19 dari Pasar Wuhan.
Tim peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC) menolak tuduhan menghapus data penting terkait sampel yang diambil dari Pasar Huanan, Wuhan. CCDC juga membantah pandangan bahwa Covid-19 berasal dari binatang di pasar hewan dan ikan di ibu kota Provinsi Hubei tersebut.
Tiga galur virus yang diisolasi dari sekitar 900 sampel di lingkungan pasar terlihat hampir identik dengan urutan virus pasien pada saat itu.
BACA JUGA:
Peneliti CCDC, Zhou Lei menolak tuduhan itu dengan menyatakan bahwa para ilmuwan China telah membagikan seluruh data dan informasi, termasuk lebih dari 76 ribu kasus positif awal COVID di Wuhan.
"Kami melakukan analisis dan riset bersama secara mendalam dan hasilnya secara kolektif juga telah disetujui oleh pakar dari WHO dan China," kata Zhou Lei di Beijing pada Sabtu (8/4/2023) dikutip Antara.
Ia menganggap WHO merupakan organisasi kesehatan dunia yang sangat penting, profesional, berwibawa, diakui komunitas internasional, bersifat ilmiah, teliti, dan tidak berpihak.
"Saya pikir jika tuduhan yang dibuat melenceng, maka beresiko merusak kredibilitas WHO," ucapnya.
BACA JUGA:
Sementara, Dekan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan Beijing University of Chemical Tehcnology, Tong Yigang, mengatakan data itu menunjukkan bahwa galur virus tersebut kemungkinan besar berasal dari manusia.
Ketua Bidang Lingkungan dan Hewan pada Misi Bersama Penelitian Asal-Usul COVID China-WHO itu mengungkapkan bahwa dari 1.300 sampel binatang yang diambil dari Pasar Huanan selama Januari-Maret 2020. Dari jumlah itu, sebanyak 400 di antaranya negatif Covid-19.
Sebelumnya, WHO menuduh China menghapus data sampel dari Pasar Huanan pada awal 2020 yang merupakan informasi penting dalam mengungkap asal-usul Covid-19.
WHO juga menyebut Pasar Huanan sebagai episentrum pandemi karena dari pasar rakyat tersebut virus SARS-CoV-2 menyebar dengan cepat ke berbagai tempat di Wuhan pada 2019, yang kemudian menjalar ke berbagai belahan dunia.
"Setiap data terkait penelitian asal-usul COVID-19 perlu disebarluaskan segera ke komunitas internasional. Data tersebut seharusnya dibagikan sejak tiga tahun yang lalu," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, Jumat (7/4/2023).
( Muhammad Fadli Rizal)