Trem sebenarnya juga ada di kota-kota besar di Indonesia lainnnya, seperti Surabaya, Semarang, bahkan Bandung. Meski, ada beberapa perbedaan.
“Ramainya trem memang di Jakarta. Selain itu di Surabaya dan Semarang. Riset terakhir, saya dapat foto trem yang juga ternyata ada di Bandung. Sedikit berbeda karena rodanya karet, bukan besi dan bentuk tremnya mirip odong-odong. Enggak pakai rel dan bisa jalan di aspal,” katanya.
Dulu, untuk naik trem beli tiketnya bukan di sebuah bangunan stasiun. Namun, di sebuah bangunan semi-permanen kayak kios rokok gitu.
Pasca-Indonesia merdeka, bayar trem sudah seperti di bus kota, yakni bayar di atas trem. Meski, tetap masih ada yang tidak mau bayar.
Meski di zamannya trem menjadi transportasi andalan, namun sisa sisanya hampir tidak ada. Kalau pun ada hanya tersisa beberapa meter yang dilestarikan di kawasan Kota Tua Jakarta dengan ditutupi kaca fiber.
“Ya tinggal itu (di Kota Tua) sisa jalur tremnya. Karena sejak 1964, udah enggak boleh ada trem di Jakarta,” katanya.