JAKARTA – Ibu kota dan istana Majapahit yang begitu megah konon sudah lama musnah. Tak ada tanda-tanda bahwa kemusnahannya disebabkan oleh bencana alam seperti air bah atau letusan gunung berapi.
Gunung Kelud yang sering meletus terletak jauh di sebelah selatan Majapahit, sedangkan Sungai Brantas yang mengalir ke arah utara dari Kediri ke Majakerta, terletak jauh di sebelah barat ibukota Majapahit.
Ibukota Majapahit terletak kira-kira 15 kilometer di sebelah selatan Majakerta, meliputi daerah Trawulan dan Tralaya. Di daerah Trawulan dan Tralaya kedapatan beberapa makam Muslim dari abad ke empat belas sampai abad ke-16. Pada maesan batu nisan Muslim itu dipahat tarikh Saka dengan huruf Jawa dan di sisinya tulisan Arab kebanyakan berupa kutipan Quran. Di desa Kedaton ditemukan batu nisan Muslim bertarikh Saka 1372 (1450 Masehi).
Sampai sekarang batu nisan Itu masih ada di situ, di Trawulan ada dua batu nisan Muslim dengan tarikh 1308 dan 1448 Masehi, di Tralaya batu nisan Muslim yang masih ada di tempat aslinya bertarikh 1376, 1380, 1407, 1418, 1420, 1487, 1407, 1460, 1475 dan 1611.
Jika ibu kota Majapahit itu musnah akibat bencana alam, batu-batu nisan itu pasti telah terpendam di bawah lahar atau di bawah tanah, atau hanyut kena aliran air bah. Gundukan tanah di atas Segaran dan Candi Tikus yang terbukti ialah bekas pemandian menunjukkan bahwa dua tempat tersebut sengaja ditimbuni tanah.
Adapun Candi Bajang Ratu, pintu gerbang istana selatan, dan Candi Wringin Lawang, pintu gerbang masuk kota Majapahit dari arah utara, tidak ditimbuni dengan tanah karena posisinya yang lebih tinggi.