JAKARTA - Perang Paregreg menjadi perang saudara di Kerajaan Majapahit yang dimenangkan oleh Wikramawardhana. Konon Wikramawardhana yang memimpin keraton istana barat berhasil menguasai istana timur di bawah pimpinan Bhre Wirabhumi.
Kemenangan gemilang pun diraih sehingga keraton timur berhasil dilenyapkan kembali. Di saat bersamaan dengan peperangan itu, urusan Kaisar Cina Yung Lo tengah berkunjung ke istana timur.
Peperangan antar saudara yang disebut Perang Paregreg ini juga turut menewaskan 127 pasukan utusan Kekaisaran China. Meski pembunuhan itu tidak disengaja, Raja Kerajaan Barat merasa bersalah dan mengirim utusan kepada Kaisar untuk minta ampun, sebagaimana Prof. Slamet Muljana menuturkannya pada "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit".
Kaisar Yung Lo pun mengeluarkan maklumat yang isinya memberi peringatan kepada Raja Kerajaan Barat. Kaisar pun menjatuhkan denda sebagai ganti rugi sebanyak enam puluh ribu tael mas.
Saat itu, pada tahun 1408 Cheng Ho dikirim lagi sebagai utusan ke Jawa, Raja Kerajaan Barat menyerahkan emas sebanyak sepuluh ribu tael.
Dinyatakan bahwa jumlah itu tidak cukup. Utusan yang membawa emas itu akan ditahan. Namun ketika berita itu didengar oleh Kaisar, dikeluarkan perintah supaya Raja Kerajaan Barat itu dibebaskan dari segenap denda yang telah ditetapkan, karena Kaisar tidak bermaksud untuk memperkaya diri dengan emas rampasan dari Sang Raja.
Bagi Kaisar telah cukup jika Sang Prabhu mengakui kesalahannya. Sejak itu Sang Prabhu mengirim utusan dengan membawa upeti kepada Kaisar, dua tahun sekali, kadang-kadang dalam setahun dua kali. Utusan Kaisar yang sering berkunjung ke Majapahit ialah Cheng Ho dan Wu Pin.
Sehabis perang Paregreg muncul tuntutan atas Palembang oleh Raja Malaka yang bernama Megat Iskandar Syah. Dalih tuntutannya agar memperoleh dukungan dari Kaisar Cina dan dilakukan atas perintah Kaisar.
Untung bahwa Kaisar mendengar tentang adanya tuntutan itu. Hal itu disampaikan kepada Raja Majapahit, disertai ucapan: 'Seandainya tuntutan itu atas perintah saya, sudah pasti saya akan mengeluarkan perintah terbuka. Oleh karena itu Sang Raja tidak usah takut. Jika ada orang jahat yang menyalahgunakan nama saya, jangan segera dipercaya.'
Pada waktu itu secara resmi Palembang ada di bawah kekuasaan Majapahit, namun dalam kenyataannya diperintah oleh Cina-cina dari Kanton yang berkuasa di situ, karena Majapahit tidak cukup mempunyai orang yang dapat mewakili Majapahit di Palembang.
Hal itu terjadi pada tahun 1397, ketika ibukota Suwarnabhumi dipindahkan ke Kukang (Palembang), setelah dikalahkan oleh Majapahit.
Lalu mengapa Raja Malaka berani melancarkan tuntutan atas Palembang, jawabnya ialah karena pada waktu itu Majapahit di bawah pemerintahan Wikramawardhana terlalu lemah akibat Perang Paregreg.
Di sisi lain, hubungan antara Majapahit dan Cina sedang memburuk. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Megat Iskandar Syah. Bagaimanapun perang Paregreg yang pecah pada tahun 1406, banyak membawa kerugian jiwa manusia dan kerugian harta benda.
Dendam kesumat dari kedua belah pihak tidak dapat dielakkan. Hal itu memperlemah Kerajaan Majapahit.
(Fahmi Firdaus )