 
                RAJA Jayabaya atau Sri Aji Jayabaya merupakan raja yang membawa Kerajaan Kediri pada era keemasa. Dia berkuasa sekita tahun 1135 M hingga 1157 M. Kerajaan Kediri berdiri selama 177 tahun (1045 M-1222 M) dengan 8 raja yang berkuasa.
Ketika bertakhta menjadi raja ke-4 Kerajaan Kediri, Jayabaya bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa.
Pada masa kepemimpinan Jayabaya, Kerajaan Kediri mampu mengalahkan Jenggala dan menyatukan seluruh takhta Airlangga.

Prabu Jayabaya dan Tiga Prasasti Penting Warisan Sejarah Kejayaannya
Masa pemerintahan Jayabaya tercatat dalam 4 prasasti yang ditemukan, yaitu prasasti Hantang (tahun 1135 M), prasasti Talan (tahun 1136 M), dan prasasti Jepun (tahun 1144 M). Satu lagi prasasti yang ditemukan berupa karya sastra kakawin Bharatayuddha (tahun 1157 M).
Tidak diketahui pasti kapan Prabu Jayabaya turun takhta. Raja selanjutnya yang memerintah Kediri berdasarkan Prasasti Padelegan II, tertanggal 23 September 1159 adalah Sri Sarweswara. Menurut Prasasti Jaring, Sri Sarweswara merebut kekuasaan dari raja Jayabaya.

Gembiranya Hamengku Buwono IX Tahu Indonesia Merdeka, Langsung Teringat Ramalan Jayabaya
Mengutip Kedirikota.go.id, Jayabaya turun takhta dengan cara muksa atau hilang tanpa meninggalkan jasad. Sebelum menghilang, Jayabaya bertapa terlebih dahulu di Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri. Setelahnya, mahkota (kuluk) dan juga pakaian kebesarannya (ageman) dilepas, kemudian raja Jayabaya menghilang.
Dalam babad Tanah Jawi dan Serat Aji Pamasa disebut jika Raja Jayabaya merupakan titisan Dewa Wisnu. Raja ini memimpin negara yang bernama Widarba dengan ibu kota di Mamenang. Ayah Jayabaya adalah Gendrayana. Gendrayana merupakan putra dari Yudayana, putra dari Parikesit, putra dari Abimanyu, putra dari Arjuna dari keluarga Pandawa.