Versi kedua mengatakan bahwa beliau adalah putra dari Sayyid Muhammad Hasyim dan juga masih keturunan Sayyidah Fatimah az-Zahro’ al-Bathul binti Rasulullah Muhammad SAW.
"Demikian silsilah Sayyid Abdurrahman al-Basyaiban (Mbah Sambu)," ungkapnya.
Kelahiran Mbah Sambu sampai sekarang belum diketahui, karena belum menemukan catatan sejarah. Dan sampai sekarang belum ada sejarah lengkap tentang Mbah Sambu. Sedangkan wafat beliau menurut sejarah singkat yaitu pada tanggal 1671 M.
BACA JUGA:
Sampai sekarang ada kegiatan tahunan di Lasem yaitu haul Mbah Sambu yang dilaksanakan pada tanggal 14, 15, 16 Dzulhijjah dan diisi dengan berbagai kegiatan, bukan hanya ritual keagamaan akan tetapi berbagai kegiatan berdimensi budaya seperti Karnaval dan Lomba Hadroh.
BACA JUGA:
Awal Mbah Sambu di daerah Lasem yaitu karena undangan Adipati Tedjokusumo I atau Mbah Srimpet dan diangkat sebagai walinegara di Kadipaten Lasem untuk membantu syiar Islam.
Ia berjasa dalam meredam aksi perompak yang menimbulkan kekacauan yang berlarut-larut di pusat kota Lasem. Wilayah Lasem saat itu meliputi Sedayu Gresik, Tuban, Rembang, Pati sampai Jepara.
Atas jasanya itu Mbah Sambu yang juga menantu Adipati Lasem diberi tanah perdikan meliputi lokasi Masjid Jami’ Lasem sekarang di Kec. Lasem sampai ke selatan arah Kec. Pancur yang lebih jauh luas dari yang ada sekarang.
Kedatangan beliau di Lasem selain untuk meredam aksi perompak, ia juga berjuang untuk menyebarkan ajaran Islam.
(Fakhrizal Fakhri )