Dalam waktu cukup lama, orang dekat Soekarno atau Bung Karno itu dipaksa duduk di tepi jalan. Dari percakapan yang terlontar, Sayuti mendengar dirinya tinggal menunggu waktu untuk dieksekusi.
Beruntung, di bekas pabrik gula di Slawi, Sayuti Melik bertemu dengan Suwignyo, yakni seorang kawan perjuangan saat masih sama-sama menjalani hukuman penjara di Boven Digul.
Suwignyo merupakan bagian dari gerombolan pemuda nasionalis yang menyergapnya. Suwignyo lantas membebaskan Sayuti Melik yang sebelumnya menjelaskan dirinya hanya menjalankan perintah Gubernur Jawa Tengah.
Atas bantuan Suwignyo juga Sayuti bisa meminjam fasilitas telepon markas AMRI Slawi. Melalui saluran telepon Sayuti Melik melaporkan apa yang tejadi di Pekalongan kepada Markas Besar Tentara di Yogyakarta.
S.K Trimurti yang mendengar kabar suaminya berhasil bebas dari penangkapan gerombolan pemuda, menyusul ke wilayah karesidenan Pekalongan. Dengan kelihaiannya menyusup, yakni di antaranya selalu mengucap salam merdeka sembari mengepalkan tangan kiri ke atas udara, Trimurti berhasil masuk Pekalongan.
BACA JUGA:
S.K Trimurti bertemu Sayuti Melik di rumah Kiai Abu Sujai di Tegal. Kiai Suaji merupakan tokoh muslim yang terkenal anti Belanda dan Jepang. Oleh istrinya, Sayuti Melik disarankan kembali ke Yogyakarta guna melaporkan peristiwa tiga daerah (Brebes, Tegal dan Pemalang).
Sebab S.K. Trimurti juga mendengar kabar gerombolan pemberontak tengah memburu Sayuti Melik. Kabar itu ternyata benar adanya. Untungnya Sayuti sudah bergegas ke Yogyakarta.
“Benar dugaan S.K Trimurti bahwa setelah kembali ke hotel, sudah ada banyak segerombolan orang yang menunggunya di sana untuk mencari Sayuti. Hati S.K Trimurti lebih tenang, dengan kepercayaan diri ia mengatakan bahwa Sayuti pergi ke Yogyakarta”.
Sayuti Melik yang terlahir dengan nama Mohammad Ibnu Sayuti 22 November 1908 di Sleman Yogyakarta, meninggal dunia pada 27 Februari 1989.
(Nanda Aria)