JAKARTA – Sejarah Sekaten Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam di Tanah Jawa menarik untuk diulas.
Indonesia merupakan negara yang memiliki beranekaragam budaya. Salah satu budaya keagamaannya yaitu upacara Sekaten. Upacara Sekaten merupakan bentuk upacara keagamaan yang dilakukan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Upacara sekaten diselenggarakan secara rutin dalam kurun waktu setahun sekali yaitu setiap 5-11 Rabi’ul Awal, dalam kalender Jawa disebut dengan bulan Mulud. Upacara ditutup pada 12 Rabi’ul awal dengan dilaksanakannya upacara garebeg mulud.
Dilansir beragam sumber, Senin (25/9/2023) awalnya upacara sekaten dilaksanakan tiap tahun oleh raja-raja di Tanah Hindu, sebagai bentuk selamatan atau sesaji kepada arwah para leluhur. Dan setelah berkembang, Upacara ini dijadikan sarana untuk menyebar luaskan agama Islam melalui kegiatan kesenian gamelan.
Pada zaman itu, kesenian gamelan cukup digemari oleh masyarakat Jawa. Gamelan pun dijadikan sebagai bentuk penyebaran agama islam pada waktu itu di Jawa. Kesenian rebana yang awalnya digunakan untuk peringatan Maulid Nabi Muhammad digantikan dengan kesenian gamelan.
Terdapat beberapa pendapat mengenai arti nama Sekaten, yang pertama yaitu kata Sekaten berasal dari kata Sekati yang diambil dari nama perangkat gamelan pusaka kraton yang dipakai dalam rangkaian acara peringatan Maulid Nabi Muhammad.
Pendapat kedua menyatakan jika kata Sekaten berasal dari kata suka dan ati yang jika disimpulkan menjadi istilah senang hati. Pendapat ketiga menyebutkan jika Sekaten berasal dari kata sesek dan ati yang memiliki arti sesak hati.
Namun, ada pendapat lain yang mengatakan, kata sekaten berasal dari kata syahadatain yang berarti dua kalimat syahadat. Tujuan dan maksud dilaksanakannya upacara sekaten, yaitu sebagai bentuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad.
Penyebaran agama Islam di Jawa dilakukan oleh 9 wali yang dikenal dengan nama wali songo. Nama sembilan wali songo ini diantaranya yaitu Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Gunungjati, Sunan Muria, Syekh Maulana Maghribi dan Syekh Siti Jenar.
Salah satu sunan yaitu Sunan Kalijaga saat itu membuat seperangkat alat gamelan yang dinamai Kyai Sekati. Gamelan ini dibuat sebagai upaya untuk memeriahkan perayaan Maulid Nabi Muhammad.
Gamelan Kyai Sekati saat itu ditempatkan di area halaman Masjid Demak dan akan dipukul saat perayaan Maulid. Hal ini pun menjadi daya tarik masyarakat dari berbagai penjuru yang sangat menyukai kesenian Jawa dan Gamelan.
Momen berkumpulnya banyak orang ini akhirnya dijadikan sebagai wadah bagi para wali untuk menyebarkan ajaran agama Islam dengan cara memberikan wejangan dan ajaran tentang agama Islam.
Saat itu masyarakat yang datang diperbolehkan untuk masuk ke dalam dan duduk di serambi masjid dengan membaca syahadat terlebih dahulu. Lalu masyarakat yang berada di halaman masjid diminta untuk membasuh tangan, muka dan kaki menggunakan air kolam luar dari serambi masjid.
(Fahmi Firdaus )